Konten Media Partner

Imbas Kebijakan Efisiensi Pemerintah, Okupansi Hotel di Jatim Terjun Bebas

14 April 2025 16:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua organisasi IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association) Jatim Tahir Al-Djufri. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Ketua organisasi IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association) Jatim Tahir Al-Djufri. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Dunia perhotelan di Jawa Timur, khususnya Surabaya sedang tidak baik-baik saja. Angka tingkat hunian atau okupansi hotel di Jatim menurun drastis sejak Ramadan hingga libur Lebaran maupun momen halal bihalal. Ini merupakan dampak kebijakan efisiensi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Dunia perhotelan sedang tidak baik-baik saja. Dunia perhotelan sangat memprihatinkan. Yang terjadi di Jatim, khususnya Surabaya seperti itu. Kita belum omong soal Indonesia, ya," ungkap ketua organisasi IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association) Jatim Tahir Al-Djufri, di sela kegiatan halal bihalal IHGMA Jatim akhir pekan kemarin.
GM Horison by Arcadia ini menyebut di Surabaya sebagai barometer industri perhotelan, okupansinya masih berada di bawah angka 50 persen. Ia kemudian memberi contoh kondisi saat buka puasa Ramadan bulan lalu yang mengalami penurunan 20-25 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Dulu bukber (buka bersama) itu bisa meriah di setiap hotel. Sekarang semua turun. (Para GM) Mengeluh,” tukasnya.
Kondisi yang terjadi saat ini, lanjut Tahir, lebih parah dibanding saat pandemi, sebagai akibat daya beli masyarakat berkurang.
ADVERTISEMENT
"Jika okupansi (kamar) hotel mengalami penurunan di saat bulan Ramadan itu wajar. Tetapi penurunan kali ini drastis. Bahkan di periode Lebaran pun tidak seperti sebelumnya,” ungkap Tahir.
Tahir menegaskan jika kebijakan efisiensi yang diberlakukan pemerintah membawa dampak sangat luas. Tak hanya BUMN, tetapi juga corporate swasta.
Kondisi tersebut dinilai mengkhawatirkan dan berpotensi menimbulkan efek domino mulai dari pengurangan jam kerja sampai pemutusan hubungan kerja alias PHK karyawan.
"Jika efisiensi masih berjalan bukan tidak mungkin akan mengarah ke pengurangan karyawan. Atau bahkan penutupan hotel," tandasnya.
IHGMA Jatim berharap kebijakan efisiensi ini segera berakhir, dan pemerintah kembali mengucurkan dana belanja untuk hotel. Sebab selama ini event-event birokrasi sangat membantu industri perhotelan tetap hidup. Mulai perjalanan dinas, seminar, hingga meeting.
ADVERTISEMENT
IHGMA Jatim sendiri tercatat memiliki 70 anggota general manager dari semua hotel jenjang bintang.