Konten Media Partner

Indahnya Batik Karya ODGJ di Surabaya

7 Oktober 2024 7:19 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pengunjung sedang melihat batik ciprat dan cap  karya ODGJ Liponsos Keputih Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pengunjung sedang melihat batik ciprat dan cap karya ODGJ Liponsos Keputih Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Selama berada di UPTD Liponsos Keputih Surabaya warga binaan seperti orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) atau penyandang disabilitas mental lainnya mendapatkan terapi sebagai pemulihan jiwa. Terapi tersebut dengan pemberdayaan dan pelatihan aneka keterampilan. Salah satunya pelatihan membatik.
ADVERTISEMENT
Liponsos Keputih merupakan tempat rehabilitasi sosial bagi berbagai Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Di antaranya, adalah Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan penyandang disabilitas mental lainnya.
Kepala UPTD Liponsos Keputih Imam Muhaji menjelaskan, pelatihan membatik dilakukan bekerja sama dengan Yayasan Kinasih Blitar.
"Mayoritas disabilitas mental di Keputih mendapatkan pelatihan membatik. Kita kerja sama dengan Yayasan Kinasih Blitar sebagai instrukturnya. 1 lembar kain batik dikerjakan oleh empat hingga lima orang," jelas Imam kepada Basra, belum lama ini.
Imam melanjutkan, membatik menjadi rutinitas bagi penyandang disabilitas mental di Liponsos Keputih setiap harinya. Pelatihan membatik diberikan usai sarapan pagi hingga sore hari.
Mereka mendapatkan pelatihan dalam proses produksi batik. Di antaranya menggambar pola, melakukan cap malam pada kain, mengecat, mewarnai, penguatan warna hingga berbagai proses lainnya.
ADVERTISEMENT
"Untuk motif, kita khasnya adalah batik ciprat dan cap. Nah batik cap nya ini merupakan motif yang sudah dipatenkan oleh Pemerintah Kota Surabaya, artinya batik cap motif khas Surabaya," jelas Imam.
Per lembar kain batik berukuran panjang sekitar 2 meter dan lebar sekitar 1 meter hasil karya penyandang disabilitas mental Liponsos dijual seharga Rp 220 ribu.
"Kalau ada permintaan batik dengan ukuran khusus, kami juga bisa memenuhinya," imbuh Imam.
Saat ini ada 28 penyandang disabilitas mental di Liponsos Keputih yang dilibatkan untuk membuat batik. Sebelumnya mereka telah melalui proses skrining untuk menentukan apakah yang bersangkutan bisa membatik ataukah tidak.
Dalam sehari Liponsos Keputih mampu memproduksi sekitar 10 batik ciprat maupun cap. Untuk sebulan ada sekitar 70 batik yang diproduksi Liponsos Keputih.
ADVERTISEMENT
"Produk ini bisa didapatkan di E-Peken yang hasil penjualannya akan kembali kepada teman-teman penghuni," tutur Imam.
Saat ini batik karya penyandang disabilitas mental Liponsos Keputih juga sedang dipajang di Midtown Hotel Basuki Rahmat.