Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Glaukoma merupakan penyakit penyebab kebutaan kedua setelah katarak. Bahkan jika tidak segera ditangani penyakit glaukoma bisa menyebabkan pasiennya mengalami kebutaan permanen.
ADVERTISEMENT
Yulia Primitasari, dr., Sp.M(K) mengatakan, glaukoma terbagi ke dalam dua jenis yakni kronis dan akut.
Glaukoma kronis (menahun) biasanya tidak bisa dirasakan gejalanya bahkan sering tidak khas. Hanya timbul rasa penat atau tidak nyaman di mata.
"Yang dikhawatirkan, biasanya kalau diderita orang usia di atas 50 tahun, maka penglihatan kabur dianggap hal biasa bagi usia tua. Sehingga mereka enggan datang periksa sampai mengalami mata kabur parah," ucapnya, Rabu (30/3).
Untuk mencegah kondisi ini, dr Yulia menyebut pentingnya deteksi dini. Terutama untuk orang-orang yang memiliki faktor risiko.
Seperti orang yang dalam keluarganya mempunyai riwayat menderita glaukoma atau menderita minus tinggi.
"Lalu orang yang menggunakan obat-obatan kortiku steroid dan memiliki obat-obatan kortiku steroid penyakit sistemik seperti diabtes, gagal ginjal kronis dan hipertensi juga rentan terhadap penyakit ini," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk glaukoma akut, dr Yulia menuturkan pasien dengan glaukoma jenis ini mengalami peningkatan tekanan bola mata yang mendadak. Dari normalnya rata-rata 20mmH20 menjadi 50mmH20.
"Ini memang akan terasa sangat sakit. Karenanya jika pasien merasakan nyeri hebat pada matanya disertai sakit kepala, mual dan muntah harap segera ke dokter mata," tuturnya.
Terkait gejala glaukoma akut, dr. Yulia menyebut penglihatan yang turun drastis, mata merah yang seringkali diawali melihat lingkaran atau hallow di sekitaran sumber cahaya.
"Jika gejela tersebut dirasakan, segera ke dokter. Dokter bisa membantu menurunkan tekanan pada matanya hingga normal. Setelah diturunkan, kemudian dicari penyebab serangan pupil. Kalau primer dapat dilakukan tindakan laser atau pembedahan. Kalau sekunder dicari penyebabnya," jelas dr. Yulia.
ADVERTISEMENT
Terkait deteksi dini atau skrinning, dr. Yulia mengatakan bisa menyelamatkan penglihatan. Pasalnya, setelah terdeteksi glaukoma dan mendapatkan obat, pasien juga diwajibkan agar disiplin dalam mengkonsumsi obat.
Karena kepatuhan dalam mengkonsumsi obat ini sangat berpengaruh pada efektifitas pengobatan glaukoma.
"Pesan dari kami, lakukan pemeriksaan rutin mata 2-3 tahun sekali. Terutama saat usia di atas 40 tahun. Terutama kalau anda punya risiko-risiko penyakit yang mengganggu kesehatan mata," pungkasnya.