Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Ini Sebab Kelurahan Gayungan, Surabaya, Jadi Kelurahan Terbaik di Jatim
18 Juli 2023 9:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Kelurahan Gayungan, Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya meraih penghargaan dengan Kategori Kelurahan Terbaik I dalam Puncak Peringatan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) XX dan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK Ke 51 Tahun yang digelar hari Minggu (16/7) kemarin di Madiun.
ADVERTISEMENT
Lurah Gayungan Pramudita Yustiani mengatakan, dalam penilaian Puncak Peringatan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) XX, terdapat empat aspek. Di antaranya, adalah aspek kemasyarakatan, aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan agama, serta aspek lingkungan.
“Untuk aspek kemasyarakatan, gotong royong dalam menjaga keamanan lingkungan semakin diperkuat. Hansip di lingkungan perkampungan dan perumahan mendapat pelatihan cara membela diri oleh Babinsa dan Kamtibmas. Bahkan, pembangunan Pos Kamling juga dilakukan swadaya oleh warga,” kata Pramudita, Selasa (18/7).
Dari aspek kemasyarakatan, Pramudita Yustiani mengaku bahwa pihaknya juga memiliki Omah Rembuk dan Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) yang ada Balai RW. Selanjutnya, pada aspek ekonomi, Kelurahan Gayungan bersama PKK Surabaya terus menonjolkan produk-produk dari pelaku UMKM di wilayahnya.
ADVERTISEMENT
“Prinsipnya UMKM yang sudah maju di kelurahan, ikut membantu mendampingi pelaku UMKM yang masih merintis. Seperti untuk makanan dan minuman (mamin), serta untuk fashion,” ujarnya.
Pada aspek ekonomi ini, Kelurahan Gayungan bersama PKK Surabaya juga menjalin kerjasama dengan Yayasan Siswa Budi dalam mengembangkan batik dengan siswa disabilitas.
“Ada beberapa warga Gayungan yang berkebutuhan khusus, PKK kemudian berkolaborasi dengan yayasan tersebut untuk pengembangan potensi minat dan bakat. Siswa SMA itu mengajari kami juga dan para KSH (Kader Surabaya Hebat),” ungkapnya.
Selanjutnya, pada aspek sosial budaya dan agama, Kelurahan Gayungan turut menggandeng stakeholder di wilayahnya. Ia memaparkan, bahwa keluarga miskin (gamis) mengambil dan mengolah sampah dari hotel, restoran, maupun rumah makan yang berada di lingkungan Kelurahan Gayungan. Seperti sampah rumah basah yang dimanfaatkan menjadi maggot dan eco enzym.
ADVERTISEMENT
“Ada pula hotel yang membantu memberikan bantuan dana pendidikan bagi yang kurang mampu. Kemudian ada sekolah swasta yang juga memberikan bantuan dana pendidikan. Ada rumah ibadah yang juga memberikan beras kepada lansia yang tidak bisa bekerja,” jelasnya.
Sedangkan dalam upaya penurunan kasus stunting di wilayah Kelurahan Gayungan, para stakeholder ikut membantu dalam upaya tersebut. Mereka memberikan susu kepada balita stunting.
“Lalu untuk bidang budaya, kita memiliki kelompok seni Surya Sumirat yang melatih karang taruna dan masyarakat di pendopo kelurahan. Yakni belajar MC berbahasa Jawa, Ludruk, dan kesenian Jawa lainnya,” terangnya.
Untuk aspek lingkungan, Pramudita Yustiani menyampaikan, para penduduk yang tinggal di wilayah perumahan melakukan aksi “Bersih Hati, Bersih Lemari”. Di mana, sebelum adanya program “Garage Sale” yang dibesut oleh Pemkot Surabaya dan PKK Surabaya, warga telah mengumpulkan barang bekas layak pakai untuk diberikan kepada keluarga miskin di lingkungan Kelurahan Gayungan.
ADVERTISEMENT
“Ini masih berlangsung dan diberikan secara bergantian di setiap RW di Kelurahan Gayungan. Kita memberikan tas, baju, mainan, atau boneka secara gratis,” katanya.
Lebih lanjut, Kelurahan Gayungan juga memiliki 3 kelompok tani. Lahan kosong di wilayah tersebut, yang mendapatkan izin dari pemiliknya dimanfaatkan oleh warga untuk dilakukan proses pertanian maupun perkebunan. Selain itu, pihaknya juga memiliki alat pembakar sampah tanpa asap.
“Ke depannya, dalam menjaga gotong royong di Kelurahan Gayungan kami mengedepankan revolusi mental. Karenanya, kami terus memberikan pendampingan agar warga tidak mudah terhasut dengan informasi hoaks. Ketika warga hendak melaporkan sesuatu hal selalu melampirkan bukti. Warga diharapkan mau untuk belajar, tidak mudah terbawa emosi, dan saling menghargai,” pungkasnya.