Konten Media Partner

ITS Siap Turun Tangan Kembangkan Bisnis Persepatuan Indonesia

22 Maret 2021 14:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Contoh produk sepatu pintar yang ditampilkan Djoko Kuswanto ST
zoom-in-whitePerbesar
Contoh produk sepatu pintar yang ditampilkan Djoko Kuswanto ST
ADVERTISEMENT
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya siap turun tangan dalam pengembangan industri sepatu di Indonesia. Menurut data Kementerian Perindustrian RI, meski di tengah pandemi namun ekspor alas kaki sepanjang tahun 2020 meningkat 9 persen dibanding ekspor tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Nilai ekspor tahun 2020 mencapai 4,8 miliar dolar Amerika sedangkan nilai ekspor tahun 2019 hanya 4,41 miliar dolar Amerika. Dengan prestasi tersebut, Indonesia masih menjadi pengeskpor alas kaki keempat terbesar di dunia setelah Tiongkok, Korea Selatan, dan Vietnam.
ITS menyatakan kesiapannya untuk membantu Badan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) mengembangkan digitalisasi bisnis persepatuan yang berdaya guna bagi Indonesia.
Dosen Departemen Desain Produk Industri, Djoko Kuswanto ST, mengatakan, laboratorium di ITS memiliki kemampuan untuk mengembangkan teknologi persepatuan.
Mulai dari pembuatan desain, pengadaan material, hingga pengaturan sistem pemasaran. “Sebagai contoh, laboratorium desain menguasai teknologi modern seperti pemindai dan pencetak tiga dimensi untuk membentuk model produk secara akurat dan efektif,” kata Djoko seperti dikutip dari laman ITS.
ADVERTISEMENT
Djoko juga menyebutkan, proyek Departemen Desain Komunikasi Visual yang berupa fotografi dan videografi yang dapat mendukung daya jual industri persepatuan. Menurutnya, para mahasiswa dapat membuat video proses pengerjaan produksi yang dikemas dengan menarik. “Mungkin menurut penjual sangat biasa, tapi jika dikemas dengan baik pasti menaikkan branding dan memikat pembeli,” ungkapnya.
Djoko mengatakan, kemampuan ITS dalam melakukan digitalisasi didukung dengan fakultas teknik yang terintegrasi dalam melakukan analisis dan riset material, proses pengolahan, serta pengembangan inovasi terkait pengolahan data dan sistem informasi.
Meski demikian, Djoko menekankan bahwa digitalisasi yang dikembangkan harus tepat guna ketika diterapkan di Indonesia. Pasalnya, kampus ini ingin memenuhi kebutuhan dari masyarakat, bukan sekadar menunjukkan kemampuannya dalam menguasai teknologi. “Pihak ITS tidak ingin terjebak pada teknologi yang sudah dimiliki,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Melalui kolaborasi yang baik antara ITS dan BPIPI, Djoko optimis bahwa industri persepatuan Indonesia dapat meningkatkan performanya melalui pengembangan digitalisasi sistem bisnis. “Dengan sepenuh hati, ITS siap membantu pihak BPIPI untuk memajukan industri persepatuan di Indonesia,” pungkas Djoko.