Jadi Dokter Lulusan Unusa, Harus Hafal 37 Surah Juz Amma dan 12 Doa Pendek

Konten Media Partner
26 Januari 2023 17:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diaz Syafie Abdillah, dokter lulusan Unusa. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Diaz Syafie Abdillah, dokter lulusan Unusa. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Ada yang berbeda bagi lulusan dokter di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Perbedaan itu antara lain lulusan dokter Unusa dituntut untuk bisa menghafal doa-doa harian, terutama menyangkut kesembuhan pasien, serta Juz Amma Al-Quran yang mengandung 37 surah. Ini diungkapkan oleh satu dari 16 dokter baru lulusan Unusa yang diambil sumpahnya hari ini Kamis (26/1).
ADVERTISEMENT
Dokter Diaz Syafie Abdillah mengungkapkan tentang tuntutan bagi mahasiswa yang menjalani pendidikan profesi dokter di Unusa.
“Di Unusa kami juga diminta untuk menghafal doa-doa harian, khususnya saat di rumah sakit, serta menghafal surah pendek Juz 30. Ini sebagai syarat untuk yudisium. Itulah tantangan yang istimewa bagi saya,” ungkapnya saat ditemui Basra usai pengambilan sumpah dokter.
Diaz mengaku untuk bisa menghafal surah-surah pendek pada juz 30 Al-Qur'an dan 12 doa-doa pendek membutuhkan waktu 2 tahun lamanya.
"Dua tahun (untuk menghafal), mulai tahun 2021. Doa yang wajib dihafal itu ada 12, mulai dari doa untuk menjenguk orang sakit, doa untuk melahirkan, sampai doa mendampingi orang yang sedang sakaratul maut," jelasnya.
Anak pertama dari empat bersaudara ini mengungkapkan, pendidikan profesi dokter yang dijalaninya di Unusa terbagi menjadi tahun pertama dan tahun kedua. Di tahun pertama, mungkin momok bagi kalangan dokter muda adalah stase Ilmu Penyakit Dalam, yang mana pada stase ini, Diaz mempelajari banyak hal mulai dari penyakit ringan hingga sampai penyakit yang berat.
ADVERTISEMENT
“Kami seperti memancing sebuah ilmu, namun yang didapatkan sangat besar dan bermanfaat. Terutama saat pengalaman jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) serta di lokasi poli, bersama dokter penyakit dalam,” tandasnya.
Pria kelahiran 6 Desember 1997 ini mengatakan, pada tahun kedua lokasi stase berada di ruang operasi atau Operatie Kamer (OK). D sini merupakan spot foto yang Instagramable, hampir semua dokter muda yang stase di OK wajib untuk berfoto, baik ketika jadi asisten operasi atau saat waktu senggang.
“Bagi saya, stase ini merupakan stase yang terbaik, khususnya stase bedah. Banyak sekali pengalaman menarik selama stase ini, mulai pengalaman melihat operasi mayor, seperti membuka tempurung kepala, mengambil batu di ginjal, dan operasi-operasi lainnya,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Pria yang juga menjadi Anggota Dewan Pengawas Organisasi di Nahdlatul Ulama Medical Student Association (NUMSA) 2022 sampai sekarang ini lantas menceritakan awal masuk pendidikan profesi dokter yang dinilainya cukup menyenangkan.
"Waktu dulu melihat kakak tingkat memakai seragam jaga warna biru, merasakan jaga di IGD, dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Itu semua merupakan suatu impian saat akhir-akhir masa preklinik (sarjana). Dua tahun menjadi seorang dokter muda, yang mana masih belum dikatakan dokter, namun juga bukan mahasiswa S1 lagi," ungkapnya.
Menjadi dokter adalah pilihan yang Diaz ambil, karena sudah menjadi impiannya sejak kecil. Ternyata Allah memberikan jalannya, melalui orang tua yang mendukung baik dari segi moril dan materiil.
“Menjadi dokter selain impian saya sejak kecil, juga ingin dapat berguna bagi masyarakat sekitar, khususnya keluarga sendiri, mungkin agak klise, tapi alasan itulah yang membuat saya bisa sampai pada titik ini,” tegasnya.
ADVERTISEMENT