'Kampung Ilmu', Wisata Baca yang Merindukan Para Pencinta Buku

Konten Media Partner
13 Mei 2019 14:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stand buku di Kampung Ilmu Surabaya. Foto : Windy Goestiana/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Stand buku di Kampung Ilmu Surabaya. Foto : Windy Goestiana/Basra
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2008 Surabaya punya wisata baca bernama 'Kampung Ilmu' di Jalan Semarang No.55. Sebenarnya, 'Kampung Ilmu' merupakan sentral penjualan buku-buku bekas yang jadi favorit anak sekolah. Selain murah ada juga koleksi buku sejarah dan komik-komik Indonesia lawas yang sudah langka dan tidak lagi dicetak ulang.
ADVERTISEMENT
Kini setelah 11 tahun berdiri, 'Kampung Ilmu' semakin sepi pembeli. Menurut Susanti, pemilik kios buku 'Maretha' bercerita, dulu dirinya bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 10 juta per hari. Namun kini, laku Rp 100 ribu saja sudah lebih dari cukup.
Padahal jenis buku yang dijual oleh sekitar 50 kios di 'Kampung Ilmu' lebih bervariasi ketimbang di toko buku lainnya. Mulai dari novel, buku pelajaran sekolah, buku teori kuliah, dan karya non fiksi lainnya, tersedia lengkap di sini.
Susanti di depan kios buku Maretha miliknya. Foto : Windy Goestiana/Basra
''Saya pernah stok buku pelajaran sekolah jumlahnya ribuan, lalu tiba-tiba kurikulumnya ganti. Bukunya tidak laku sama sekali. Terpaksa bukunya saya jual kiloan,'' kata Susanti pada Basra (13/5). Demi bisa mengembalikan modal jutaan rupiah, buku-buku pelajaran yang per buahnya dihargai Rp 6 ribu itu terpaksa dijual dengan harga Rp 2 ribu per kilogram.
ADVERTISEMENT
''Saya kapok. Sejak itu saya sudah enggak pernah stok buku pelajaran lagi. Karena kurikulum terus diganti. Nanti malah rugi,'' kata Susanti.
Keluhan soal sepinya pembeli dan pengunjung di 'Kampung Ilmu' juga dilontarkan Dwi, penjaga stan buku 'Cahya Abimanyu'.
''Saat ini banyak orang ingin punya ilmu tapi enggak mau beli buku,'' kata Dwi.
Bahkan, ada juga calon pembeli yang menawar harga buku itu serendah-rendahnya.
''Kacau nawarnya, kayak orang enggak pernah beli buku. Masak harga buku kuliah baru ditawar Rp 10 ribu,'' kata Dwi.
Menurut pengamatan Basra, Senin (13/5), suasana di 'Kampung Ilmu' memang relatif lengang. Penjaga kios lebih banyak duduk santai. Namun pemandangan berbeda terlihat di kios milik Hasyim.
Hasyim dengan paket-paket buku komik yang siap dikirimkan. Foto : Windy Goestiana/Basra
Pria asal Lampung yang membuka kios bernama 'Kedai Komik' ini tampak sibuk membungkus buku-buku.
ADVERTISEMENT
''Pesanan orang dari Jakarta. Pesan komik 'Kho Ping Ho' dan komik lama 'Dunia Mimpi'. Total belanjanya Rp 1 juta, tapi orangnya belum transfer. Sudah langganan,'' kata Hasyim.
Hasyim memang lebih beruntung dari teman-teman pemilik kios buku lainnya. Meski kunjungan ke kios komiknya sepi, tapi pesanan komik dari seluruh Indonesia tak pernah berhenti. Maklum saja, Hasyim juga menjual komiknya secara online di Facebook.
''Dulu saya juga gaptek (gagap teknologi). Tapi kalau mengandalkan sini (Kampung Ilmu) bisa enggak punya pemasukan. Akhirnya saya belajar,'' kata Hasyim yang sudah 2 tahun terakhir menjual komik melalui internet.
Pelanggan komik Hasyim berasal dari Surabaya, Jakarta, Tangerang, Yogjakarta, sampai Papua.
Hasyim penjual komik
Beberapa komik lawas seperti Candy-Candy per set dijual seharga Rp 300 ribu dapat 9 buku. Sedangkan Komik Gundala Putra Petir per set dibanderol Rp 250 ribu dapat 4 buku. ''Paling mahal komik Si Buta dari Gua Hantu sekitar Rp 200 ribu per buku karena tidak lagi dicetak ulang,'' kata Hasyim yang menjamin keaslian komik-komiknya.
ADVERTISEMENT
Hasyim berharap pengunjung Kampung Ilmu makin membaik. Dua tahun lalu, dia bisa menjual paling sedikit 200 komik dalam sehari. Untuk menarik minat pembeli, Hasyim membedakan harga komik yang dijual online dan bagi mereka yang datang langsung ke kios. Beli di online paling murah Rp 5 ribu, sedangkan bila datang langsung ke Kampung Ilmu bisa dapat harga Rp 3 ribu per komik. (Reporter : Windy Goestiana)