Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Kantin Apung Solusi Banjir dari SMPN 26 Surabaya
25 Februari 2019 17:38 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
Setiap sekolah di Surabaya seolah berlomba-lomba membuat siswanya nyaman dan betah belajar di sekolah. Seperti yang dilakuan SMPN 26 Surabaya. Mereka membuat Kantin Apung!
ADVERTISEMENT
Kata Akhmat Suharto, Kepala Sekolah SMPN 26 Surabaya, kantin apung sebenarnya solusi kreatif dari mereka yang kerap jadi langganan banjir. Sejak 2013 secara bertahap pihak sekolah mengalihfungsikan rawa dan tempat pembuangan sampah belakang sekolah menjadi daerah resapan air. Agar lahan resapan ini tidak kosong, kemudian dibangunlah kantin apung yang kini jadi spot idola di SMPN 26.
''Banjir sekarang tinggal kenangan,'' kata Akhmat saat ditemui Basra (25/2).
Sejak mulai bebas dari banjir itulah perlahan namun pasti SMPN 26 kini gudangnya prestasi.
Tahun lalu, sekolah yang berlokasi di kawasan Banjar Sugihan, Manukan, Surabaya ini berhasil menjadi juara pertama Lomba Sekolah Sehat (LSS) 2018 tingkat provinsi Jawa Timur. Dari ajang tersebut SMPN 26 Surabaya kini siap berlaga di tingkat nasional mewakili Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
''April nanti kami akan berlaga di ajang Lomba Sekolah Sehat tingkat nasional, mewakili provinsi Jawa Timur,'' ujarnya.
Eko Widayani, Pembina Lingkungan SMPN 26, mengatakan kantin terapung tersebut sudah bebas sampah plastik karena menerapkan konsep 3R (reuse, reduce, dan recycle). Bahkan, untuk mengawasi pemakaian botol maupun kantong plastik, pihak SMPN 26 pun menempatkan tim jirowes.
Tim yang beranggotakan siswa kelas VII dan VIII itu akan 'berpatroli' selama jam istirahat. ''Kalau masih ada yang memakai botol atau sampah plastik, ya kita tegur dan kita nasehati tentang bahaya sampah plastik,'' kata Eko
Bahkan di kantin terapung pembayaran makanan dan minuman tak dilakukan secara tunai tetapi melalui kupon kejujuran. Siswa yang ingin jajan cukup menggunakan kuponnya sesuai dengan harga makanan yang tertera.
ADVERTISEMENT
Sampah-sampah organik berupa daun dan sisa makanan diolah menjadi kompos. Sedangkan minyak goreng bekas diolah menjadi sabun mandi. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)