Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kata Pakar Pendidikan Soal Wacana Sekolah Libur Satu Bulan saat Ramadan
1 Januari 2025 7:14 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Wakil Menteri Agama Muhammad Syafi’i mengatakan terdapat kemungkinan sekolah diliburkan selama bulan puasa pada Ramadan 2025. Menanggapi hal tersebut, Achmad Hidayatullah Ph.D Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menyebut agar pemerintah tidak terburu-buru memutuskan untuk libur atau tidak.
ADVERTISEMENT
Dayat mempertanyakan apakah kebijakan liburan selama bulan puasa ini didasarkan pada justifikasi epsitemolgis yang kuat tentang kebutuhan masyarakat?
“Jika kebijakan ini diambil berdasarkan asumsi bahwa fokus, produktivitas, dan motivasi akan menurun selama bulan puasa, tentu kebijakan tersebut tidak memiliki landasan epistemologis yang kuat,” kata Dayat dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Rabu (1/1).
Kata Dayat, pemerintah seolah memiliki believe atau keyakinan tentang pengetahuan dualistik bahwa bulan puasa adalah waktu ibadah, sedangkan pendidikan dianggap tidak mendorong kegiatan ibadah selama bulan Ramadan.
Menurut Dayat, pendidikan yang telah dilaksanakan selama ini telah mendorong kesatuan keduanya. Bahwa aktivitas pendidikan juga mendorong siswa untuk beribadah, dalam profil pelajar pancasila, karakter yang ingin diintegrasikan dalam pelajaran juga memuat nilai-nilai agama, bahkan program baru Mendikdasmen yang memuat 7 kebiasaan anak hebat ini memuat tentang ibadah.
ADVERTISEMENT
“Artinya, pemerintah tidak perlu memisahkan antara ibadah dan pendidikan. Seolah Ramadan menjadi waktu untuk belajar agama dan sekolah diliburkan. Penguatan nilai keagamaan tanpa meliburkan sekolah justru akan lebih baik,” terangnya.
Lebih lanjut lagi, kata Dayat asumsi bahwa masuk sekolah saat Ramadan dapat mengurangi fokus siswa untuk belajar agama tidak disandarkan pada bukti rasio dan empiris yang kuat.
“Belum ada bukti ilmiah bahwa masuk sekolah selama Ramadan menurunkan motivasi dan fokus belajar untuk belajar agama,” tegasnya.
Ia menjelaskan, dalam social cognitive theory sebagaimana diusulkan oleh Bandura, lingkungan seperti sekolah dan guru merupakan faktor yang membentuk perilaku dan kemampuan siswa.
Dengan kebijakan liburan penuh selama bulan puasa, lingkungan pendidikan akan menjadi lebih pasif dan tidak menjadi ruang stimulus untuk membentuk perilaku dan kemampuan siswa. Bahkan bisa jadi kebijakan libur penuh tersebut dapat melemahkan self-efficacy/ kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan untuk menjadi produktif atau belajar selama puasa yang melibatkan tantangan fisik seperti rasa haus dan lapar.
ADVERTISEMENT
“Justru yang perlu dipikirkan bersama, dan saya juga yakin jadi khawatiran orang tua selama Ramadan, jika sekolah, libur penuh, siswa lebih banyak bermain hp yang justru menurut studi empiris menciptakan perasaan cemas dan kesendirian,” katanya.
Era kebijakan libur sekolah masa presiden Gus Dur tidak bisa dijadikan acuan, karena zaman sekarang sudah berubah dengan kehadiran teknologi digital.
“Dengan sekolah tetap berlangsung maka siswa akan lebih terarah untuk belajar dan beribadah daripada waktu mereka libur dan banyak waktu kosong, jiwa mereka terenggut dunia digital,” pungkasnya.