Konten Media Partner

Kebijakan Mahasiswa Tak Wajib Skripsi, Pakar: Pernah Ada di Tahun 1985

31 Agustus 2023 9:15 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi skripsi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi skripsi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Mahasiswa sarjana (S1) maupun sarjana terapan (D4) kini tidak lagi wajib mengerjakan skripsi sebagai syarat kelulusan. Ketentuan ini disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mas(Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim.
ADVERTISEMENT
Terkait kebijakan tersebut Pakar Pendidikan Isa Ansori angkat bicara. Menurutnya kebijakan mahasiswa tanpa perlu mengerjakan skripsi sebagai syarat kelulusan sejatinya sudah pernah diterapkan di Indonesia pada era 1980an.
"Pernah terjadi (mahasiswa tanpa skripsi) sekitar tahun 1985an. Namanya dulu yang booming itu jalur ngglundung, boleh tidak nulis (skripsi) yang penting ada project yang dikerjakan," ujarnya saat dihubungi Basra, Kamis (31/8).
Menurut Isa, terkait kebijakan mahasiswa tak perlu lagi menulis skripsi sebagai syarat kelulusan yang kini diterapkan, bukan berarti dihapus begitu saja.
"Ada mahasiswa yang dia pelajari selama di bangku kuliah dia ahli tapi untuk nulis dia lemah, karena tidak semua orang mampu menulis kan. Nah dengan adanya project-project itu dia bisa menunjukkan keahliannya," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Isa melanjutkan, ada juga mahasiswa yang dia kurang piawai membuat project saat kuliah namun bisa menerjemahkan bidang kuliahnya dalam tulisan. Sehingga apabila kebijakan mahasiswa tanpa skripsi dihapus secara keseluruhan dirasa kurang adil.
"Kurang fair ya bagi mahasiswa yang dia cukup piawai menulis," tegas Isa.
Isa mengatakan, penerapan kebijakan mahasiswa tanpa skripsi sebagai syarat kelulusan ini harus diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing perguruan tinggi. Pasalnya perguruan tinggi lah yang mengetahui secara pasti kemampuan mahasiswanya.
"Jadi perguruan tinggi bisa memberikan pilihan kepada mahasiswanya, apakah nulis skripsi ataukah bikin project," tukasnya.
"Pilihan yang diberikan itu sekaligus sebagai penerapan Kampus Merdeka Belajar, di mana mahasiswa bisa memilih apa yang bisa dia lakukan sebagai bagian untuk menunjukkan kompetensinya," imbuhnya.
ADVERTISEMENT