Kecanduan Game Bikin Anak Demotivasi Sejak Dini

Konten Media Partner
21 Januari 2022 16:05 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Saat ini perkembangan teknologi semakin canggih. Bahkan sebagian besar anak-anak lebih memilih game online karena dianggap lebih seru dibandingkan permainan tradisional pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu permainan yang kerap dimainkan oleh anak-anak yakni Roblox dan Sakura Simulator School. Namun siapa sangka, jika di dalam kedua permainan tersebut terdapat unsur-unsur pornografi yang tidak baik untuk anak-anak.
Lantas dampak apa yang aka timbul jika anak-anak memainkan permainan tersebut secara terus-menurus?
Menjawab hal itu, Reisqita Vadika, M.Psi, Psikolog Klinis SDM dari Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya, mengatakan, hal paling umum yang bisa terjadi adalah adiksi yang dapat berdampak pada kemampuan individu untuk berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam patofisiologi adiksi game, ada dua konsep yang bisa menjelaskan kenapa hal itu bisa terjadi. Pertama impulsivity, dimana individu menjadi tidak mampu mengendalikan dorongan menginisiasi permainan. Kedua, adanya compulsivity, dimana individu tidak bisa menghentikan diri saat bermain.
ADVERTISEMENT
"Kesulitan untuk kontrol diri ini dapat berdampak pada aspek kognitif, emosi dan perilaku. Contohnya saat individu dipaksa berhenti, mungkin terjadi gejala withdrawal seperti gelisah, demotivasi sehingga kesulitan untuk melepaskan pikiran dari permainan. Akibatnya, ia menjadi tidak mampu produktif menjalankan kewajiban lain sehari-hari," ucap perempuan yang akrab disapa Qiqi ini pada Basra, Jumat (21/1).
Pixabay.
Qiqi menuturkan, jika anak-anak sudah kecanduan bahkan meniru adegan yang ada pada permainan yang dimainkan, orang tua bisa mengedukasi anak tentang perilaku yang ditiru tersebut.
"Tentunya dengan tenang dan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. Hindari melarang anak dengan marah-marah atau sekadar berkata 'jangan' tanpa disertai penjelasan yang logis. Anak perlu diajak berpikir dan memahami 'kenapa ya perilaku dalam game itu ngga baik, sehingga tidak patut utk saya tiru? Apa dampaknya buat saya dan org lain?'," jelas Qiqi.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Qiqi menuturkan pentingnya pendidikan seks usia dini pada anak, khususnya untuk mencegah terjadinya kekerasan, pelecehan, perilaku seksual yang tidak diinginkan.
"Pendidikan seks itu bisa diberikan sedari anak sudah bisa mulai diajak berkomunikasi. Dari yang paling dasar terkait jenis kelamin ada laki-laki dan perempuan. Ajak anak untuk bisa mengidentifikasi dirinya sesuai jenis kelaminnya. Kemudian ajari juga anak soal consent, bahwa tidak sembarang orang boleh menyentuh dia tanpa izinnya. Nanti baru bertahap ke pengetahuan lain yang lebih kompleks seiring bertambahnya usia," tuturnya.
Selain itu, orang tua perlu jadi figur yang bisa dipercaya oleh anak, bukan figur yang ditakuti. Agar ketika anak bingung, ingin tahu, mereka bisa terbuka dan cukup nyaman untuk bertanya ke orang tua daripada mencari sumber lain yang belum tentu benar.
ADVERTISEMENT
"Bermain itu boleh saja, asalkan konten, durasi dan pendampingannya tepat. Supaya bisa tepat, orang tua perlu mau belajar. Bukan hanya belajar ilmu, tapi juga belajar sabar karena anak belum pernah jadi orang tua sedangkan orangtua sudah pernah jadi anak-anak," pungkasnya.