Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kental Budaya Jawa, Klenteng Mbah Ratu Punya Ritual Ibadah Malam Jumat Legi
10 Februari 2024 7:14 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ketika mendengar nama klenteng maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah tempat beribadah umat Khonghucu. Namun berbeda dengan klenteng Mbah Ratu Sam Poo Tay Djien yang terletak di Jalan Demak, Surabaya. Klenteng ini banyak dikunjungi masyarakat Jawa yang beragama Islam.
ADVERTISEMENT
"Banyak juga (muslim) yang datang ke sini. Biasanya mereka melakukan Ciam Si," ujar Ninik, salah satu pengurus klenteng, saat ditemui Basra, (9/2).
Ciam Si adalah ritual membaca nasib atau meramal menurut tradisi Tiongkok kuno.
Selain banyak dikunjungi warga muslim, klenteng Mbah Ratu juga sangat kental dengan budaya Jawa. Di Klenteng Mbah Ratu terdapat peribadatan malam Jumat manis di mana dalam bahasa Jawa biasanya disebut dengan Jumat Legi.
"Kita ada ibadah malam Jumat Legi, sebulan sekali untuk menghormati Sam Poo Tay (Mbah Ratu). Pas malam Jumat Legi, di sini pasti akan ramai umat, bahkan lebih ramai dari ibadah Imlek," ungkap Ninik.
Ninik menuturkan saat Imlek, umat yang datang hanya sekadar untuk beribadah saja. Namun berbeda halnya dengan ibadah malam Jumat Legi. Selain sembahyang, digelar pula acara tumpengan.
ADVERTISEMENT
Mbah Ratu sendiri adalah semacam gelar yang disematkan kepada Laksamana Cheng Ho karena berjasa dalam penyebaran agama Islam. Meski ada sifat Islami, tapi tetap dihormati oleh warga Tionghoa yang bukan Islam serta juga dihargai oleh orang Jawa. Karenanya, klenteng Sam Po Tay Djhien atau Klenteng Mbah Ratu ini dikunjungi oleh warga Tionghoa, Jawa, dan umat Islam.