Kerajinan Kerang Kenjeran Tak Lagi Dilirik, Nyaris Tak Ada Pembeli Setiap Hari

Konten Media Partner
5 Januari 2023 17:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Samiyah, pengrajin kerang di kawasan Kenjeran, Surabaya. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Samiyah, pengrajin kerang di kawasan Kenjeran, Surabaya. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 benar-benar memukul usaha Samiyah (60 tahun), pengrajin kerang di kawasan Kenjeran, Surabaya. Usaha yang telah digeluti warga Jalan Pantai Kenjeran, Kelurahan Kenjeran, lebih dari 30 tahun itu terancam tutup sebagai imbas sepinya pembeli.
ADVERTISEMENT
"Sepi pembeli, malah hampir tidak ada pembeli tiap harinya," kata Samiyah saat ditemui Basra, Kamis (5/1).
Memanfaatkan rumahnya yang terletak di pinggir jalan raya sebagai toko, Samiyah memajang berbagai produk kerajinan dari kerang. Aneka produk kerajinan seperti pigura foto, bingkai kaligrafi, hingga kotak tisu, merupakan hasil buatan tangan Samiyah dan sang adik.
"Iya bikin sendiri dibantu adik, tapi sekarang sudah enggak produksi karena masih banyak barang yang belum terjual. Kalau bikin biasanya pas ada pesanan saja," jelasnya.
Untuk bahan baku pembuatan kerajinan kerang, selain dari nelayan pantai Kenjeran, Samiyah juga mendatangkan dari Situbondo.
"Untuk kerang putih dari sini (Kenjeran), tapi ada beberapa yang dari Situbondo karena di sini enggak ada," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Menyiasati sepinya pembeli, Samiyah menjual bahan baku berupa kerang putih secara eceran (dalam kemasan plastik). Ini biasanya dibeli oleh para siswa untuk membuat prakarya sekolah.
"Kan ada itu anak-anak sekolah yang disuruh gurunya bikin prakarya dari kerang. Nah, mereka belinya di sini. Saya jualnya Rp 5 ribu per plastik kecil," ungkapnya.
Meski pandemi telah melandai dan pantai Kenjeran sudah mulai ramai pengunjung, namun tak berimbas pada penjualan kerajinan kerang karya Samiyah. Menurutnya, saat ini para pengunjung pantai Kenjeran lebih memilih membeli makanan daripada kerajinan kerang.
"Memang sudah mulai ramai pengunjung, tapi mereka kebanyakan beli makanan. Jadi yang ramai ya penjual makanan. Kan ada yang ambil barang di saya dan dijual di pantai (Kenjeran) tapi selalu balik barangnya karena enggak laku," paparnya.
ADVERTISEMENT
Samiyah lantas membandingkan pendapatannya saat belum pandemi. Kala itu, lanjut Samiyah, dirinya mampu meraup omzet minimal Rp 600 ribu setiap minggunya.
"Itu dulu mbak sebelum pandemi," tandasnya.
Selain mengandalkan pembelian dari anak-anak sekolah untuk bahan prakarya, kini Samiyah juga membuka kedai minuman di sebelah toko kerajinannya.
"Ya dikasih sama anak-anak untuk menutup kebutuhan sehari-hari. Alhamdulillah dua anak saya sekarang sudah jadi guru, nggak ada yang meneruskan usaha saya ini lha wong sepi pembeli," jelasnya.
Meski kedua anaknya tak mau meneruskan usaha kerajinan kerangnya, namun Samiyah bertekad akan tetap membuka toko kerajinannya.
"Ya tetap buka, tapi ndak tau bisa bertahan sampai kapan," lirihnya.
Diakui Samiyah kini banyak pengrajin kerang yang menutup usahanya karena sepi pembeli. Disebutkan Samiyah jika di wilayah kelurahan Kenjeran hanya tersisa dua orang pengrajin kerang.
ADVERTISEMENT
"Selain saya masih ada satu lagi. Jadi ada dua yang masih bertahan," pungkasnya.