Kerusakan Otak yang Terjadi Bila Anak Autis Mengalami Epilepsi

Konten Media Partner
2 April 2022 16:13 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi otak. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi otak. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Tanggal 2 April diperingati sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia atau Autism Awareness Day. Autisme merupakan gangguan perkembangan otak. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi seseorang dengan orang lain. Kondisi anak autis akan semakin parah apabila juga menderita epilepsi.
ADVERTISEMENT
"Autis berkaitan dengan epilepsi. Jadi ada spektrum autis yang juga nanti punya kans untuk timbul epilepsi. Sekitar 60 persen pasien autis itu akan mengalami periode kejang," tegas dr Heri Subianto., SpBS (K) FINPS Spesialis Bedah Saraf Konsultan Fungsional, Epilepsi dan Bedah Epilepsi di National Hospital Surabaya, kepada Basra, Sabtu (2/4).
Lebih lanjut dikatakan Heri, pada saat kejang maka otak akan mengalami konslet. Jika ada pasien mengalami kejang maka akan mengalami kerusakan otak dimana sekitar 1 juta sel otak mengalami kerusakan.
dr Heri Subianto., SpBS (K) FINPS Spesialis Bedah Saraf Konsultan Fungsional, Epilepsi dan Bedah Epilepsi di National Hospital Surabaya
"Makin sering dia kejang maka akan semakin banyak pula sel otak yang rusak. Nantinya yang terjadi adalah kemampuan belajarnya terganggu, termasuk komunikasinya. Tadinya dia bisa ngomong sedikit-sedikit tapi karena sering kejang jadi diam saja dia. Ibaratnya seperti ini, kita membangun istana pasir kemudian terkena ombak maka rumah pasir akan hancur. Demikian pula halnya dengan anak autis yang sering kejang maka yang dia pelajari selama ini akan hilang terutama kejang yang tidak terkontrol," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, lanjut Heri, penting untuk mendeteksi secara dini epilepsi kemudian mengobatinya secara cermat.
Dikatakan Heri, untuk deteksi dini epilepsi dapat dilakukan melalui pemeriksaan electroencephalography (EEG). Berdasarkan pemeriksaan ini dapat diketahui aktivitas listrik sel saraf otak.
Heri lantas berpesan kepada orang tua yang memiliki anak dengan kondisi autis, mengingat anak autis beresiko mengalami epilepsi.
"Anak autis mengalami kejang itu bervariasi makanya sebagai orang tua harus benar-benar memperhatikan kondisi anak. Kalau menemui kondisi anak di luar biasanya segera didiskusikan atau konsultasi dengan dokter. Sehingga nantinya dokter bisa segera mengatasinya. Mengingat kaitan erat antara kejang dan autis, jadi kalau anaknya autis kemudian muncul kejang biar kejangnya itu bisa segera diatasi agar tidak memperparah kondisi autisnya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT