Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Ketegaran Yati Merawat 2 Buah Hati yang Menderita Gagal Ginjal
8 Agustus 2024 6:33 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Yati (51), perempuan asal Madiun, Jawa Timur, ini merupakan sosok ibu yang cukup tegar. Bagaimana tidak, Yati harus merawat dua buah hatinya yang sama-sama divonis gagal ginjal.
ADVERTISEMENT
"Anak pertama saya usia 28 tahun sakit gagal ginjal dan ada kelainan kelenjar tiroid, kemudian anak ketiga saya masih berusia 13 tahun juga sakit gagal ginjal," ungkap Yati saat ditemui Basra, (7/8).
Putri pertama Yati, Retno, saat ini harus menjalani rawat inap di RSUD Dr Soetomo Surabaya karena mengalami pengeroposan tulang karena komplikasi gagal ginjal dan kelainan kelenjar tiroid. Rawat inap ini telah dijalani Retno sejak pertengahan Juli lalu.
Karena harus menemani sang putri rawat inap, maka Yati juga harus memboyong Yusuf, putra ketiganya ke Surabaya.
"Yusuf kan harus cuci darah di sini (RSUD Dr Soetomo) seminggu dua kali. Nah karena kakaknya harus rawat inap jadi sekalian Yusuf saya boyong ke sini," tutur perempuan berhijab ini.
ADVERTISEMENT
Yati mengungkapkan, sebelum sang putri menjalani rawat inap, ia telah mondar mandir Madiun-Surabaya sejak 2017 silam. Ini dilakukan untuk mengantar Yusuf menjalani cuci darah di RSUD Dr Soetomo. Minimnya fasilitas kesehatan di Madiun, memaksa Yati membawa putra bungsunya untuk cuci darah ke RSUD Dr Soetomo.
"Kalau kakaknya kan CAPD (cuci darah mandiri di rumah) jadi cuma perlu kontrol ke Soetomo sebulan sekali. Sedangkan adiknya harus cuci darah ke rumah sakit seminggu dua kali," imbuh Yati.
Tinggal di rumah singgah di Surabaya yang secara khusus menjadi tempat pelabuhan bagi pasien kronis tak bisa dilakukan Yati karena sang putra menolaknya.
"Yusuf nggak mau tinggal di rumah singgah. Dia merasa nggak nyaman, maunya pulang saja," imbuh Yati.
ADVERTISEMENT
Saat harus mengantar kedua buah hatinya berobat ke RSUD Dr Soetomo, Yati harus rela menempuh perjalanan dengan kereta selama 2,5 jam dari Madiun ke Surabaya. Namun seiring naiknya harga tiket kereta, Yati memutuskan naik bus saat mengantar kedua buah hatinya ke Surabaya.
"Dulu awal-awal ke Surabaya sempat naik kereta, tapi lama-lama harga tiket kereta makin mahal. Jadi sekarang kalau ke Surabaya ya ngebis, lebih murah," tukas Yati.
Yati sejatinya mengaku cukup lelah karena harus mondar mandir Madiun ke Surabaya seminggu dua kali. Namun Yati tak punya pilihan lain. Kondisi kedua buah hatinya menguatkan fisik dan mental Yati untuk tetap bertahan.
"Kalau ditanya lelah nggak? Ya pasti lelah. Tapi saya ikhlas menjalankan semua ini demi anak-anak saya. Saya mau anak-anak saya sembuh. Allah tidak akan menguji hambaNya di luar batas kemampuan kita," tutur Yati dengan mata berkaca-kaca.
ADVERTISEMENT
Yati lantas mengungkapkan jika sakit gagal ginjal yang dialami kedua buah hatinya sebagai akibat pernikahan sedarah dari kedua orang tuanya. Terkait hal ini awalnya Yati sempat tak mempercayainya.
"Kata dokter di Madiun, ini karena adanya pernikahan sedarah. Awalnya saya enggak percaya, tapi kok ketiga anak saya kondisinya sama (sakit gagal ginjal)," ujar Yati.
Sakit gagal ginjal juga dialami putri kedua Yati, hingga mau merenggut nyawanya. Ya, putri kedua Yati nyawanya tak terselamatkan usai didiagnosis gagal ginjal.
"Anak pertama saya itu makannya memang tidak terjaga dengan baik, suka makan mi instan. Awalnya saya kira Retno (anak pertama) sakit gagal ginjal karena makan makanan yang tidak terjaga itu. Sehingga adik keduanya, makannya betul-betul saya jaga, tapi kok ya tetap sakit (gagal ginjal) juga. Kemudian Yusuf juga begitu (sakit gagal ginjal). Akhirnya saya percaya ini memang karena pernikahan sedarah dari orang tua saya, jadi dari gen saya," jelas Yati.
ADVERTISEMENT
Tak hanya tenaga yang terkuras, harta benda Yati juga turut tergerus untuk pengobatan kedua buah hatinya. Yati harus rela menjual sawah warisan keluarga demi biaya ongkos mondar mandir ke Surabaya.
"Saya jual sawah untuk ongkos riwa riwi (Madiun Surabaya). Sudah nggak punya simpanan (tabungan) lagi sekarang. Semua buat anak-anak," tandas Yati menahan tangis.