Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kisah Adi, Terpanggil Masuk Islam Setelah Baca Buku Salat di Kos Teman
23 Maret 2023 9:50 WIB
·
waktu baca 11 menit
ADVERTISEMENT
Hidup tak pernah bisa diprediksi manusia. Apa yang menjadi keinginan dan cita manusia rupanya berbeda dengan kehendak Sang Khalik. Ini pula yang terjadi pada hidup Sudharma Wahyu Adiwijaya, yang kini berubah 180 derajat, dengan menjadi seorang mualaf.
ADVERTISEMENT
Pria yang kerap disapa Adi ini adalah anak sulung dari dua bersaudara dan dari keluarga Katolik yang taat. Sejak lahir, tak sekali pun Adi melewatkan misa mingguan di gereja dekat rumah. Sejak kecil kedua orang tua Adi sudah mendidik anak-anaknya dengan ajaran Katolik yang kental, dan itu terbukti dari jenjang sekolah yang dijalani Adi.
"Saya dan adik perempuan saya, sejak Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dididik di sekolah Katolik. Ajaran Katolik juga terlihat di setiap sudut rumah, yang dihiasi dengan berbagai pernak-pernik yang mengingatkan kami akan kehadiran tuhan. Mulai dari salib, foto dan lukisan Yesus hingga foto-foto Paus yang menjadi pemimpin umat Katolik," ungkap ayah 2 anak ini kepada Basra.
ADVERTISEMENT
"Praktis tak sedikit pun saya pernah memahami ajaran agama lain, doktrin di keluarga kami memang kuat. Ajaran Katolik yang dipegang teguh orang tua saya tak lepas dari pengaruh kakek-nenek yang juga mantan anggota DPRD Kota Malang, sehingga bapak yang sebelumnya Islam, akhirnya pindah ke Katolik. Padahal, selama ini bapak adalah seorang muslim yang taat dan kuat puasa Senin-Kamis," sambungnya.
Masa kecil hingga remaja Adi termasuk beruntung, selain karena punya keluarga yang taat, Adi paling disayang kakek neneknya yang selalu mengajari Adi tata cara menjadi Katolik yang taat. Bahkan saat beranjak remaja, Adi termasuk siswa yang cukup pintar dan sopan, tak satu pun membolos apalagi terpengaruh kenakalan teman-teman satu sekolah Adi. Orang tua Adi selalu bangga dengan hal itu, karena setidaknya mereka tak pernah mendapatkan surat panggilan dari sekolah yang berisi teguran untuk Adi.
ADVERTISEMENT
"Saat itu, bisa dikatakan saya berusaha menuruti apa yang orang tua inginkan, belajar di sekolah favorit dan tetap mendapat didikan Katolik. Saya pun tumbuh menjadi remaja yang penurut dan pendiam," tuturnya.
Lalu, ketika beranjak masuk kuliah, pergaulan Adi semakin bertambah karena sebagian besar teman adalah muslim. Bahkan sahabat-sahabat Adi semuanya muslim. Dari sini, timbul rasa ingin tahu Adi tentang agama Islam, karena selama ini pandangan keluarga Adi terhadap Islam hampir selalu negatif.
"Rasa ingin tahu tentang Islam itu memang tak saya perlihatkan secara gamblang, namun dari ritual salat dan momen Idul Fitri yang dilakukan sahabat-sahabat saat kuliah, membuat pandangan saya tentang Islam sedikit berubah dan bisa menghargainya," jelasnya.
Rasa penasaran Adi tentang Islam, terutama salat, muncul ketika Adi diam-diam membaca buku panduan salat di kos sahabatnya. Hanya saja, apa yang dilakukan Adi saat itu sebatas memenuhi rasa ingin tahunya.
ADVERTISEMENT
Hidup Adi terus bergulir dan menginjak saat Adi mulai bekerja. Pada masa ini, pergaulan Adi makin luas. Kehidupan religi Adi juga dirasa semakin kuat, karena dalam hati Adi bertekad untuk mencari kesempurnaan rohani dan bisa menggapai Tuhan melalui ajaran agamanya. Maka, Adi pun semakin giat membaca dan memahami Alkitab, serta mencari doa-doa pamungkas dalam gereja yang bisa menyempurnakan rohaninya. Adi melafalkan doa ‘mukjizat penderitaan Yesus di kayu salib’ setiap hari selama setahun penuh, dan itu bisa dilakoninya.
"Sejak saat itu, saya mengalami beberapa kali mimpi seperti diajak ke rumah yang besar dan terbuat dari emas yang berkilauan. Ada juga mimpi ketika saya merasa terbang ke menara dan berhenti di salah satu bagian. Di sana, saya dirangkul oleh beberapa orang berpakaian emas, kemudian saya kembali turun dari menara itu. Dari situ, keimanan saya benar-benar kuat dan yakin 100 persen tentang jalan benar dalam Katolik," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Namun di satu sisi, kepekaan batin Adi mulai terlihat, dimana Adi seperti diberitahu bahwa setelah usia 33 tahun, akan ada perubahan besar dalam hidupnya, tapi Adi tak tahu apakah itu. Adi juga mengaku tertarik dengan cerita pewayangan, khususnya karakter Yudistira (sulung dari Pandawa). Terkait ini, Adi pernah bermimpi pada dini hari seolah berada di rumah, dimana di atas langit-langit tergantung puluhan karakter wayang kulit. Adi pun memilih wayang kulit Yudistira. Entah karena hanya mimpi biasa, Adi tak pernah menceritakan mimpi ini pada siapapun, baik teman dekat atau orang tua. Namun Adi semakin bingung dan tak habis mengerti, ketika pada suatu malam kembali bermimpi aneh.
"Dalam mimpi itu, seolah-olah saya berada di sebuah tempat bersama orang lain yang duduk mengelilingi api unggun besar. Kemudian di dekat api unggun itu ada seseorang yang mengitari saya dan orang-orang itu. Tiba-tiba, orang itu berdiri di depan saya dan memberi dua wayang. Setengah terbengong, saya menerima dua wayang yang berbeda bentuknya itu," kisahnya.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, mimpi-mimpi itu diabaikan Adi. Ia lebih fokus dalam pekerjaan dan hubungan serius dengan seorang perempuan. Hubungan dengan perempuan (kini jadi istri) ini berjalan secara diam-diam, karena perbedaan agama yang dianut keduanya. Sejak awal Adi sudah tahu konsekuensinya, apalagi sang kekasih dari keluarga yang juga penganut agama Islam yang taat. Hubungan keduanya terus terjalin seiring dengan seringnya berdiskusi tentang seputar pekerjaan.
"Namun meski hubungan berjalan serius, saya tetap berpegang teguh pada iman Katolik yang sudah saya dapatkan sejak kecil. Hubungan kami terus berjalan tanpa arah pasti selama hampir lima tahun, karena perbedaan agama," kenangnya.
Mendekati usia 33 tahun, Adi mulai terbuka menerima tawaran dari sang kekasih untuk melangsungkan pernikahan secara Islam di Kota Padang. Saat itu, Adi menerima tawaran tersebut karena ingin segera menjalani kehidupan berumah tangga. Sebelum menikah, Adi pun mengucapkan dua kalimat syahadat.
ADVERTISEMENT
Keputusan Adi tersebut tak pelak mendapat tentangan dari keluarga besarnya. Bahkan Adi dan keluarganya sempat tak berkomunikasi selama 1 tahun lamanya.
Meski telah mengucapkan dua kalimat syahadat, Adi mengaku mengalami pergolakan batin. Bahkan godaan untuk kembali ke ajaran sebelumnya sempat terlintas. Di momen tersebut, Allah SWT benar-benar ingin memenuhi takdir Adi. Adi bermimpi sedang fokus mendirikan salat sembari dikelilingi tembok kokoh. Tiba-tiba, tembok itu runtuh saat Adi melaksanakan salat, seakan-akan semua pembatas yang di sekitar Adi hilang. Namun waktu itu Adi masih bersikeras menganggap bahwa ia memang tidak boleh mencari agama lain apalagi menjalankan salat. Tembok yang runtuh diartikan Adi sebagai pelindungnya yang marah karena mempertanyakan agamanya sendiri.
"Sejak mimpi itu, saya berusaha menutup hati dan pikiran saya untuk melirik agama lain apalagi Islam, saya berusaha menjalankan ritual doa malam yang diajarkan di Katolik, agar keimanan saya makin kuat. Ke gereja tiap akhir pekan pun tak pernah saya tinggalkan dengan mendapatkan kekhusukan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Namun sejak saat itu, Adi justru merasa sulit mendapatkan ketenangan di gereja. Hatinya selalu gundah, antara bimbang, takut akan dicemooh lingkungan gereja serta tanda tanya tentang konsep ketuhanan yang selalu menggelitik Adi untuk mencarinya.
Tak lama setelah mimpi itu, Adi mendapatkan kejadian yang lebih aneh lagi. Kejadian pertama berawal saat Adi pulang kerja. Sore yang padat itu Adi berusaha menyibak kepadatan lalu lintas kota, entah kenapa tiba-tiba tas ransel yang disampirkan di bagian depan sepeda motor, jatuh. Dan tanpa disadari handphone kesayangan Adi terjatuh dan baru diketahui saat sampai di rumah. Alhasil handphone itu tak bisa dia cari lagi, karena saat Adi menghubungi handphonenya ternyata sudah tak aktif. Adi mengira handphone itu terlindas mobil.
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah kejadian itu, tiba-tiba Adi menerima email dari alamat yang tak diketahui. Di dalam emailnya itu, si penulis mengaku tahu kalau Adi baru menerima kesialan dengan hilangnya handphone. Menurut si pengirim email, kesialan itu terjadi karena Adi tak mau kembali ke fitrah atau Islam. Hari berikutnya Adi kembali dapat email dan menerangkan arti mimpi tentang wayang Yudistira dan dua wayang yang ia terima.
"Menurut si pengirim email, dua wayang itu berarti saya punya kepekaan pada kekuatan Allah SWT dan saya harus memberitakan ke seluruh dunia tentang fitrah itu. Tentu saja saya kaget, karena semua mimpi saya itu tak pernah saya ceritakan ke orang lain. Si pembimbing juga memperingatkan saya, jika itu hanya teguran kecil dari Allah SWT. Dan akan ada teguran-teguran kecil yang akan saya terima jika saya tak mempedulikan tanda-tanda hidayah yang diberikan kepada saya," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Mendapat email itu Adi tentu saja sangat bingung. Antara percaya dan tidak, karena logika Adi mengatakan hal itu mustahil terjadi. Bagaimana seseorang begitu tahu masalah yang amat pribadi dalam diri Adi, yang Adi sendiri tak pernah ceritakan pada orang terdekatnya. Akhirnya Adi memutuskan untuk mengabaikan email tersebut.
Ternyata itu bukan tindakan terbaik, berbagai kesialan bahkan kecelakaan kecil mulai menghampiri Adi. Mulai dari Kartu Tanda Pengenal (KTP) yang raib begitu saja dalam dompet. Ban motor yang bocor kedua-duanya hingga bus yang Adi tumpangi tiba-tiba mengalami kerusakan mesin total tanpa ada sebab serta keanehan-keanehan kecil yang menurut Adi tak masuk akal.
Usai menerima berbagai keanehan itu pun, email itu pun lebih sering berdatangan, mulai menawarkan solusi, agar hidup Adi lebih tenang. Di antaranya yang paling mengagetkan adalah menyuruh Adi untuk membaca terjemahan Al-Quran dan ditegaskan hanya memahami saja.
ADVERTISEMENT
Karena penasaran, Adi pun meminta sang istri membelikan terjemahan Al-Quran.
Namun sesampai di rumah Adi belum berani membuka Al-Qur'an terjemahan itu, Adi merasa masih ragu. Hari kedua usai membeli terjemahan Al-Quran itu, Adi pun mencoba membukanya dan membaca terjemahannya di halaman pertama yakni surat Al-Fatihah, uniknya tak satu pun nama nabinya Muhammad disebut di dalamnya, semua mengagungkan Allah SWT saja, tak seperti di dalam doa-doa di agama Adi sebelumnya, yang selalu menyelipkan keagungan Tritunggal.
Semakin beranjak ke dalam terjemahan Al-Qur'an mulai dari Surat Al-baqarah, Adi semakin terheran-heran, banyak yang bertentangan dengan ajaran agama Adi sebelumnya. Adi mengaku tak bisa menolak isi Al-Quran yang ia baca karena semua yang dikupas masuk akal dan logis untuk kehidupan saat ini.
ADVERTISEMENT
"Dan di awal Al-Baqarah tepatnya ayat 22 yang menyebutkan “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu, buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahuinya”. Kalimat itu cukup menampar saya, semakin saya melanjutkan ke ayat-ayat yang lain semakin saya merasa dikritik, tapi saya juga tak mampu menyanggah kebenarannya. Jika dulu saya selalu menang berdebat dengan kekasih saya mempertahankan keyakinan saya, namun dengan hanya membaca terjemahannya saja, saya tak mampu mendebatnya, padahal saat itu saya berpikir Al-Quran itu hanya bacaan, tetapi saya malah teranguk-angguk dengan penjelasan di dalamnya," paparnya.
ADVERTISEMENT
Uniknya, saat Adi sudah mulai membaca dan sedikit tak mengerti dengan bacaan Al-Qur'an yang ia baca, email misterius itu datang dan berusaha menjelaskan kepada Adi tentang isi ayat yang tak dimengerti. Padahal Adi sebelumnya tak pernah sekali pun membalas email-email itu, apalagi bertanya kepadanya. Email yang cukup mengejutkan Adi datang, saat Adi bingung dan harus berbuat apa dengan kebenaran Al-Quran yang semakin hari Adi baca semakin membuat Adi ketagihan sekaligus mempertanyakan banyak hal tentang Islam dan keyakinan Adi sebelumnya. Di email itu disebutkan Adi tak perlu bingung, “Cari saja jawabannya lewat salat yang khusuk lima waktu, dan terutama salat subuh dan isya”.
Menyuruh Adi salat jelas itu hal yang mustahil, mengingat Adi sendiri tak pernah belajar salat, apalagi bacaannya yang semuanya harus berbahasa arab yang menurut Adi sangat ribet dan sok menggunakan budaya Timur Tengah. Akhirnya Adi berdiskusi dengan sang istri tentang permintaan di email itu. Sang istri menyarankan Adi untuk tak menggunakan bahasa Arab dulu untuk salat karena itu memang sulit dihafalkan. Dengan tertatih dan sedikit jengkel, Adi pun belajar gerakan salat dari sang istri.
ADVERTISEMENT
"Ternyata memang ribet dan banyak aturan gerakannya, hampir saja saya putus asa. Namun di tengah keputus-asaan itu, malamnya saya kembali mendapatkan mimpi tentang salat. Dalam mimpi itu, saya diajarkan seseorang atau sesuatu, bagaimana tata cara gerakan salat, entah kenapa dalam mimpi itu saya melakukannya dengan ikhlas. Dan beberapa kali saya dibentak oleh seseorang yang ada di dalam mimpi saya, karena saat mempraktekkan gerakan rukuk dan duduk di antara dua sujud saya kurang pas. Tapi dalam mimpi itu saya tidak melihat wajah lelaki yang mengajari saya salat itu," kisahnya.
Mendapat mimpi seperti itu Adi semakin mantab untuk mencoba mencari ketenangan batin melalui salat, dan ternyata salat itu membuat Adi lebih tenang dan merasakan kesegaran yang berbeda seusai salat. Adi seperti orang bangun tidur siang nan lelap usai melaksanakan sholat di waktu dzuhur dan ashar, seakan ada semangat baru dalam diri Adi untuk kembali ke rutinitas pekerjaan Adi yang memang cukup menyita pikiran.
ADVERTISEMENT
Sedikit demi sedikit Adi mulai ketagihan salat, karena mampu membuatnya merasa tenang meskipun dalam kondisi sibuk. Adi bahkan tak sabaran ingin terus membaca lebih banyak terjemahan Al-Quran meskipun saat itu Adi belum bisa membaca Al-Qur'an yang berbahasa Arab.
Di sisi lain hampir setiap hari Adi dan sang istri berdiskusi tentang isi Al-Quran yang sedang ia pelajari maknanya.
"Saat itu istri saya hanya terkaget-kaget. 'Kok bisa, orang seperti kamu yang dulunya sangat anti dengan konsep ketuhanan Islam, sekarang mulai suka sama isi Al-Quran' ujarnya kala itu.
Saya pun tak bisa menjawab, karena semuanya terjadi di luar nalar saya sebagai manusia. Entah kenapa hati saya begitu lunak dan sadar menerima semua yang dibeberkan dalam Al-Quran. Dan semua keraguan saya tentang konsep ketuhanan pun mulai terjawab dalam Al-Quran tanpa saya bertanya ke dai atau kyai," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk menyempurnakan keislamannya, Adi kembali mengucapkan dua kalimat syahadat di Madiun, Jawa Timur, 5 bulan usai pernikahannya. Di sinilah Adi akhirnya mendapatkan sertifikat sebagai mualaf.
Terkait pengirim email misterius itu, sampai kini Adi tak mengetahui siapa pengirimnya.
"Belum tahu siapa pengirimnya sampai sekarang. Saya menganggapnya sebagai pembimbing saya," pungkasnya.