Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kisah Amira, Satu-satunya Dokter Kandungan di Fakfak Papua
17 November 2024 9:43 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
dr Amira Abdat SpOG adalah sosok dokter yang penuh dedikasi dalam mengabdikan diri untuk masyarakat. Ia menjalankan pengabdian itu di ujung Timur Indonesia, yaitu Papua.
ADVERTISEMENT
Amira telah memulai pengabdiannya sebagai dokter umum di salah satu puskesmas di pelosok Fakfak pada 2013 hingga 2015 lalu. Pada 2015, ia mendapatkan beasiswa dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes-RI) untuk melanjutkan pendidikan spesialis di Fakultas Kedokteran (FK) Unair dan tuntas pada 2020.
Selepas itu, ia kembali lagi mengabdi di Fakfak, dan menjadi satu- asatunya dokter spesialis obgyn di sana.
Dalam kesehariannya di Fakfak, Amira menjalani peran sebagai dokter kandungan di salah satu rumah sakit umum daerah Fakfak. Ia memiliki kewajiban untuk memeriksa pasien hamil hingga melakukan tindakan operasi. Selain itu, Amira juga berperan sebagai ketua tim program Gerakan Jemput Bola.
Gerakan Jemput Bola merupakan kegiatan sukarela yang melibatkan para perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Setiap akhir pekan, Amira dan timnya mendatangi rumah para warga di kampung-kampung terpencil di Fakfak yang sulit untuk mendapatkan akses fasilitas kesehatan.
ADVERTISEMENT
“Tujuannya adalah agar tidak ada lagi pasien yang datang dalam kondisi darurat, yang tentunya situasi tersebut dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi,” ujarnya, Minggu (17/11).
Bekerja di lingkungan dengan keterbatasan sarana dan prasarana tentu membuat Amira sering menghadapi momen kelelahan. Namun, hal itu tidak meredupkan semangatnya. Berbekal nasihat dari para gurunya, Amira mampu terus berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat sekitar.
“Yang paling penting adalah jadi dokter yang baik, maka sukses dan rejeki akan mengikuti sendiri. Jadi kalau kita punya etika moral, pasti kita akan selalu berprinsip bahwa semua yang kita lakukan ini adalah untuk orang lain," tuturnya.
"Jadi, jangan pernah mengeluh atau merasa kurang. Kita harus bersyukur justru dengan apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita untuk bisa bermanfaat bagi sesama,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Amira juga menyampaikan pesan kepada para dokter dan tenaga medis muda yang tertarik mengabdikan diri di wilayah terpencil.
“Jadi, ini panggilan jiwa bukan sekadar perniagaan. Materi memang penting, karena hidup membutuhkan itu. Namun, materi tidak selalu berupa finansial. Kesehatan, kebahagiaan, banyaknya teman, relasi, serta kemudahan akses adalah bentuk rezeki yang patut disyukuri,” tegasnya.
Ia menambahkan, modal utama untuk mempersiapkan diri saat ingin mengabdi adalah mental dan niat kuat mengabdikan diri untuk bangsa dan negara.
“Karena sebetulnya pengabdian itu adalah milik kita bersama serta sebuah wujud cinta tanah air. Di dalam pengabdian itu ada rasa tanggung jawab, komitmen, ikatan batin, dan ikatan cinta untuk sesama. Jadi, rasa untuk mengabdi itu seharusnya dimiliki oleh setiap orang yang sudah menempuh pendidikan perkuliahan,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Berkat dedikasinya di dunia kesehatan itu, Amira dianugerahi penghargaan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, dalam ajang Liputan6 Awards, Oktober lalu. Ia mendapatkan penghargaan tersebut sebagai bentuk apresiasi atas pengabdiannya pada masyarakat ujung Timur Indonesia, Papua.