Kisah Ana dan Ani, Balita Stunting Berusia 18 Bulan dengan BB 7,5 Kg

Konten Media Partner
28 Maret 2023 9:01 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hanim bersama si kembar Yuliani dan Yuliana. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Hanim bersama si kembar Yuliani dan Yuliana. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stunting masih menjadi momok tersendiri bagi para ibu dalam mengasuh anak. Apalagi bagi ibu yang memiliki banyak anak, selain cukup merepotkan, ancaman anak mengalami stunting pun bisa terjadi. Ini seperti yang dialami Hanim, seorang ibu rumah tangga di Surabaya yang memiliki 6 orang anak. 3 anak Hanim dinyatakan stunting karena memiliki berat badan dan tinggi badan di bawah standard.
ADVERTISEMENT
Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi.
"Anak kedua saya dulu sempat dinyatakan stunting. Tapi sekarang Alhamdulillah sudah enggak, malah sekarang dia sudah kelas 4 SD. Sekarang adiknya yang stunting, si kembar ini," ujar Hanim kepada Basra, Selasa (28/3).
Yuliani dan Yuliana adalah anak ke 5 dan ke 6 Hanim. Balita kembar yang saat ini berusia 18 bulan ini hanya memiliki tinggi badan (TB) sekitar 85 centimeter dan berat badan (BB) 7,5 kilogram. Di bawah standard anak seusianya yang harusnya memiliki berat badan minimal 8,9 kilogram dan tinggi badan minimal 85,6 centimeter.
Hanim mengakui jika si kembar Ani dan Ana susah makan. Kondisi ini makin diperparah olehnya yang tidak memiliki waktu cukup untuk membujuk si kembar agar mau makan. Pasalnya, selain si kembar Hanim juga masih harus mengasuh keempat buah hatinya yang lain yang masih kecil-kecil.
ADVERTISEMENT
"Yang paling tua itu sekarang SMP. Anak kedua SD kelas 4, anak ketiga SD kelas 1, dan anak keempat TK," ungkap Hanim.
Hanim mengisahkan, Ani dan Ana yang terlahir dengan berat badan masing-masing 2,2 kilogram dan 2,4 kilogram, awal mula mengalami stunting saat menginjak usia 7 bulan.
Selain susah makan, Hanim juga mengakui tak selalu rutin membawa si kembar ke Posyandu.
"Kadang-kadang kan repot juga jadi enggak sempat ke Posyandu," tukasnya.
Kondisi perekonomian yang serba pas-pasan juga membuat Hanim tak bisa memberikan makanan bervariasi demi menggugah selera makan si kembar.
"Suami kan kerja di pabrik, saya enggak kerja, ngurus anak di rumah. Jadi ya dicukup-cukupkan," tandasnya.
Meski si kembar mengalami stunting, namun Hanim bersyukur karena si kembar tidak mengalami penyakit apa pun. Kondisi si kembar juga dinyatakan sehat. Apalagi si kembar juga berada dalam pendampingan puskesmas.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah si kembar ini sehat, hanya saja berat badan sama tinggi badannya yang kurang. Si kembar juga dapat permakanan (dari Pemkot) tapi ya itu tadi makannya memang agak susah. Saya memang harus telaten agar mereka mau makan," pungkasnya.