Kisah Aryani, Usia 70 Tahun Masih Populerkan 'Zero Waste Fashion'

Konten Media Partner
17 September 2019 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aryani Widagdo. Foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Aryani Widagdo. Foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Siapa yang sangka kalau industri fashion jadi pemasok sampah terbesar kedua setelah minyak. Sekitar 15 miliar meter sampah potongan kain terbuang setiap tahunnya. Parahnya, mayoritas sampah kain tersebut merupakan kain polister yang butuh waktu hingga 200 tahun untuk bisa terurai.
ADVERTISEMENT
"Setelah tahun 2000an orang membeli baju dua kali lebih banyak karena harganya relatif murah dan tuntutan gaya hidup. Namun pakaian-pakaian tersebut hanya dipakai sebentar saja, ada kerusakan sedikit langsung dibuang. Ini semakin menambah limbah tekstil," kata fashion educationist Aryani Widagdo, saat dikunjungi Basra, (13/9).
Outer Zero Waste karya Aryani Widagdo. Dok. Pribadi
Fenomena tersebut jelas menggugah nurani seorang Aryani untuk turut serta mengurangi limbah kain melalui gerakan zero waste fashion.
Aryani menjelaskan, zero waste fashion merupakan busana yang dalam proses produksinya menghasilkan sedikit sampah atau malah nol sampah tekstil.
"Jadi potongan pola dalam busana zero waste, didesain pas satu sama lain sehingga tidak ada kain tersisa dalam proses cutting," kata founder of Arva School of Fashion sekaligus Director Aryani Creativity Nest ini.
ADVERTISEMENT
Perempuan kelahiran 6 Juli 1949 ini mulai mengampanyekan zero waste fashion sejak empat tahun silam. Ia aktif memberi pelatihan kepada para guru dan dosen tata busana mengenai pembuatan busana nol sampah ini.
Dia mengungkapkan kebutuhan untuk zero waste di dunia fashion sangat mendesak. Di luar negeri, mode dengan satu kain tanpa sisa sudah banyak dikembangkan. Namun, di Indonesia, gerakan zero waste belum terlalu masif.
Anatolia outer.
"Baru 10 tahun terakhir zero waste dikenal di Indonesia. Bahkan belum ada juga desainer Indonesia yang menghasilkan pola desain zero waste," tukasnya.
Tak hanya aktif mengkampanyekan pembuatan busana tanpa meninggalkan sisa kain, Aryani juga memanfaatkan limbah kain yang tak lagi terpakai. Limbah-limbah kain hasil proses pembuatan busana diubah menjadi kreasi yoyo kain yang menarik.
ADVERTISEMENT
Yoyo kain merupakan kreasi kain berbentuk lingkaran yang pada bagian atasnya berkerut dan bagian bawahnya datar. Terbuat dari sepotong kain berpola lingkaran.
Kreasi kain yoyo, dimanfaatkan Aryani sebagai hiasan. Seperti bros, hiasan taplak, hiasan tas, hingga dikreasikan menjadi boneka.
Selain pelatihan, Aryani juga mengampanyekan gerakan zero waste fashion melalui buku. Lulusan International Correspondence School Pennsylvania itu telah meluncurkan buku pertamanya berjudul 'Aryani Widagdo dan Yoyo Kain, 20 Kreasi Bukan Lingkaran Biasa'. Yang dimaksud lingkaran yang tidak biasa adalah yoyo kain.
Melalui gerakannya ini, ia berharap masyarakat dapat lebih mengamalkan prinsip zero waste.
"Jika prinsip ini kita terapkan, para desainer dan masyarakat mendukung prinsip ini, maka limbah kain akan berkurang banyak," pungkasnya. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT