Konten Media Partner

Kisah Bahana Dirikan Perpustakaan Boneka, Berawal Ingin Bahagiakan Sang Anak

23 Juli 2024 8:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bahana Patria Gupta (kiri), pemilik Perpustakaan Boneka. Foto: Dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Bahana Patria Gupta (kiri), pemilik Perpustakaan Boneka. Foto: Dok. pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berawal ingin menemani putri tunggalnya bermain, Bahana Patria Gupta kini justru memiliki perpustakaan boneka yang berisi ratusan boneka tangan.
ADVERTISEMENT
"Awalnya hanya ingin menemani anak bermain supaya dia nggak kesepian. Dia kan enggak ada saudara, tinggal juga di lingkungan perumahan yang cukup jarang ada interaksi dengan tetangga," ungkap Bahana kepada Basra, belum lama ini.
Lambat laun koleksi boneka tangan yang dimiliki Bahana terus bertambah. Sang putri, Annada Sanjiwani Patria, memiliki ide untuk meminjamkan boneka-boneka tangan miliknya.
Ide sang putri pun disambut positif Bahana dan sang istri. Keduanya mencoba merealisasikan keinginan putri semata wayangnya untuk meminjamkan boneka-boneka tersebut.
"Ide muncul saat saya ngobrol sama Nada, nyeletuk aja. 'Yah, ayo kita pinjamkan boneka yuk yah'. Kami memang punya boneka tangan banyak. Lalu saya dan istri mencoba membuat hal itu terwujud, dengan perpustakaan boneka," terang pria yang kesehariannya berprofesi sebagai fotografer Harian Kompas ini.
ADVERTISEMENT
Bahana awalnya merasa aneh dengan sebutan perpustakaan boneka. Pasalnya, perpustakaan biasanya identik dengan buku-buku. Namun ide Nada yang kala itu masih berusia 6 tahun, untuk meminjamkan boneka kepada anak-anak lain, bukan sesuatu yang biasa dan mesti direalisasikan.
"Artinya kan Nada peka dan berempati kepada anak-anak lain. Itu hal yang menurut saya luar biasa," imbuhnya.
Maka saat peringatan Hari Bumi 2018 silam, tepatnya pada hari Minggu di bulan April, menjadi momen Bahana mewujudkan mimpi sang anak meminjamkan boneka melalui perpustakaan boneka.
"Kami buka perpustakaan boneka di Taman Bungkul karena di sana juga ada perpustakaan keliling milik Pemkot (Surabaya)," tuturnya.
Selama membuka perpustakaan boneka tersebut, Bahana tak menempatkan dirinya sebagai sosok pendongeng di mana anak-anak hanya mendengarkan saja. Bahana justru membangun interaksi anak-anak yang datang ke perpustakaan boneka miliknya.
ADVERTISEMENT
"Jadi komunikasinya dua arah, anak-anak juga bisa bercerita dengan memilih memainkan boneka yang mereka inginkan," tukasnya.
Bahana mengakui jika kini koleksi boneka tangan miliknya sudah mencapai ratusan. Boneka-boneka yang dipilih lebih menonjolkan karakternya, misalnya boneka buaya, boneka kancil, dan masih banyak lagi.
Ada aturan khusus yang diterapkan Bahana saat anak-anak ingin bermain dengan boneka. Yakni, anak-anak wajib membersihkan tangan terlebih dahulu.
"Yang menarik, ternyata anak-anak itu bisa sangat akrab satu sama lain saat bermain boneka meski awalnya mereka tidak saling kenal. Mereka saling mencari partner untuk bermain boneka. Memang sudah seharusnya begitu kan, sebagai makhluk sosial kita memang harus bersosialisasi dengan yang lainnya. Anak-anak itu tidak boleh punya pretensi apa pun terhadap anak-anak lain," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Bahana makin merasa bahagia saat melihat ada orang tua yang ikut bermain boneka bersama anak-anaknya.
"Bisa membangun bonding dengan anak-anak. Anak-anak jadi makin dekat dengan orang tua," simpulnya.