Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Kisah Bambang Tjahjono Koleksi Topi dari Berbagai Negara di Penjuru Dunia
10 Agustus 2024 10:47 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sepulang dari luar negeri, kurang afdal jika tak membeli oleh-oleh khas negeri setempat untuk keluarga maupun teman. Berawal dari ingin memberikan oleh-oleh sepulang dari luar negeri, menjadi awal kisah Bambang Tjahjono mengoleksi ratusan topi dari berbagai negara di penjuru dunia.
ADVERTISEMENT
“Didorong teman-teman golf yang kerap minta oleh-oleh saat saya pulang dari luar negeri. Akhirnya saya membeli topi di setiap negara yang saya kunjungi. Selain bisa jadi oleh-oleh, topi juga tidak memakan banyak tempat untuk packing. Topi kan juga bermanfaat," ungkap mantan Dirut salah satu BUMN itu, saat ditemui Basra di kediamannya, Sabtu (10/8).
Karena kerap ke luar negeri untuk urusan pekerjaan atau menempuh studi, alhasil topi yang dimiliki Bambang terus bertambah jumlahnya. Berbagai model topi dimiliki Bambang, mulai dari baseball cap, fedora hat, snapback cap, newsboy cap hingga topi cowboy.
"Di setiap negara yang saya kunjungi, saya pasti sempatkan untuk beli topi. Tapi ada juga negara yang tidak memiliki cenderamata topi, misalnya saat ke Suriah atau Norwegia. Di sana saya tidak bisa menemukan cenderamata topi. Karena turis di negara itu tidak banyak, sehingga toko-toko yang menjual topi untuk cenderamata sulit didapat," kisahnya.
ADVERTISEMENT
"Beli topi itu kan biasanya di kawasan tempat turis ngumpul. Di sana banyak toko cenderamata, oleh-oleh termasuk topi,” imbuhnya.
Sejumlah negara di separuh belahan dunia sudah dikunjungi pria yang kini sudah memasuki masa pensiun ini. Mulai dari negara-negara di kawasan benua Asia, Eropa, Afrika, Eropa, Australia, Amerika Utara hingga Antartika. Hanya satu kawasan negara yang belum pernah disinggahi Bambang.
"Saya belum pernah ke Amerika Selatan. Jadi topi dari kawasan tersebut saya juga tidak punya. Dengan kondisi saya saat ini (memasuki usia pensiun) tentu sulit melakukan penerbangan yang memakan waktu sampai 20 jam untuk mengunjungi negara-negara di Amerika Selatan,” terang pria yang kini mengisi hari-harinya dengan menulis buku ini.
Bambang mengaku tidak ada budget khusus untuk membeli topi saat sedang bepergian ke luar negeri. Topi cowboy buatan Amerika merupakan koleksi topi termahal yang ia miliki. Dibeli pada 1994, topi cowboy itu memiliki harga sekitar Rp 5 juta.
ADVERTISEMENT
Ada pun topi terbaru yang dimiliki Bambang berasal dari London, Inggris. Topi ini dibeli saat Bambang berkunjung ke London pada Juli lalu.
"Ke London untuk menghadiri wisuda anak saya. Saya sempatkan untuk beli topi di sana," ujar ayah 3 anak ini.
Dari seringnya membeli topi, Bambang mengaku bisa membedakan mana topi yang benar-benar buatan negara setempat dengan kualitas baik, atau topi buatan negara lain yang dijual di negara tersebut dengan kualitas yang kurang.
“Jangan salah, tidak semua negara mempunyai topi yang benar-benar buatan negaranya. Banyak malah yang didatangkan dari China dan Bangladesh yang harganya relatif lebih murah. Dari sisi kualitas juga kurang bagus. Kalau kata orang Jawa, ono rego ono rupo (ada harga ada rupa). Jadi kalau topi asli dari negaranya biasanya bahannya bagus kemudian harganya juga relatif tidak murah," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Hingga kini ratusan topi milik Bambang tersimpan rapi di kediamannya di kawasan Nginden, Surabaya. Untuk perawatan ratusan topi miliknya, Bambang mengaku lebih banyak dibantu sang istri.
“Yang membersihkan topi-topi saya, ya istri saya. Saya tinggal pakai saja," kelakarnya.