Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten Media Partner
Kisah Eddy, Puluhan Tahun Setia dengan Profesi Sebagai Dalang Wayang Potehi
24 Januari 2025 6:53 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Tangan Eddy Sutrisno cukup lincah memainkan tokoh wayang potehi dari balik panggung. Ia menggerakkan wayang kecil berbentuk manusia dengan busana khas Tiongkok dengan gerakan berjalan, duduk, menunduk, hingga bertarung melawan wayang lainnya.
ADVERTISEMENT
Wayang potehi adalah seni pertunjukan budaya peranakan Tionghoa-Jawa. Wayang ini terbuat dari kayu waru atau kayu mahoni lunak yang dibalut dengan kostum khas negeri tirai bambu.
Jika tidak kebagian memainkan wayang dalang utama grup wayang potehi Lima Merpati, Eddy akan akan memainkan musik mengiringi jalannya cerita wayang dari balik panggung wayan potehi di Klenteng Hong Tiek Hian di Jalan Dukuh Surabaya.
Menjadi dalang wayang potehi telah dilakoni Eddy sejak tahun 1996 silam. Namun kepiawaian memainkan wayang tersebut sudah dimilikinya sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD).
"Sudah sejak kelas 4 SD main wayang potehi, tapi masih belum jadi dalang. Istilahnya masih pendampingnya dalang. Baru jadi dalang wayang potehi itu tahun 1996," ujar Eddy, kepada Basra, (23/1).
ADVERTISEMENT
Pria 53 tahun ini mengaku sudah mengenal wayang potehi sejak kecil saat duduk di bangku sekolah dasar. Hampir setiap hari, usai pulang sekolah ia menonton wayang potehi di Klenteng Hong Tiek Hian yang berlokasi tidak jauh dari rumahnya.
"Jaman dulu kan memang tidak ada hiburan, jadi satu-satunya hiburan ya wayang potehi. Pulang sekolah pasti nonton wayang potehi di sini," ungkap Eddy.
Eddy lantas bercerita, karena menjadi penonton rutin kala itu, suatu hari si dalang pun memperbolehkan Eddy mendekat ke panggung untuk melihat lebih dekat dengan wayang potehi. Sejak saat itulah, Eddy kecil mulai banyak menimba pengetahuan tentang wayang potehi.
"Saya mulai diajari bermain musik sekaligus mendalang wayang potehi. Untuk bisa main wayang potehi itu tidak bisa hanya belajar satu dua kali atau hitungan bulan. Waktunya sangat lama, sampai bertahun-tahun karena memang tidak bisa sembarangan main wayang potehi," jelas Eddy.
ADVERTISEMENT
Bergabung bersama para dalang lainnya dalam kelompok Lima Merpati, Eddy setiap hari tampil di klenteng yang juga dikenal dengan nama Klenteng Dukuh itu. Bisa dibilang eksistensi wayang potehi di Surabaya tidak luput dari perannya dan grup Lima Merpati.
Tak hanya tampil di klenteng Dukuh, terkadang Eddy juga diundang manggung ke klenteng lain di luar Surabaya hingga luar pulau.
"Ya sering main di luar Surabaya. Tapi sejak pandemi undangan main di luar sudah tidak seramai dulu. Sekarang sebulan paling hanya beberapa kali main di luar," tuturnya.
Meski sudah jarang mendapat undangan tampil di luar Surabaya, namun Eddy tetap setia dengan profesinya sebagai dalang wayang potehi.
Bagi Eddy menjadi dalang wayang potehi tak hanya sekadar profesi tapi sudah menjadi panggilan jiwa untuk terus melestarikan budaya leluhur.
ADVERTISEMENT
"Selama saya masih mampu main ya saya akan terus main. Ini sudah panggilan jiwa ya, tidak bisa saya tinggalkan," tegasnya.