Kisah Edo, Anak Down Syndrome yang Piawai Main Piano Hingga Melukis

Konten Media Partner
23 Maret 2022 12:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Edo, penyandang down syndrome yang multitalenta. Foto-foto: Dok.pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Edo, penyandang down syndrome yang multitalenta. Foto-foto: Dok.pribadi
ADVERTISEMENT
Peringatan down syndrome sedunia dilakukan di bulan Maret, tepatnya setiap tanggal 21. Down syndrome adalah kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah dan kelainan fisik yang khas. Namun jika diberikan dukungan dan perhatian yang maksimal, penyandang down syndrome bisa tumbuh bahagia bahkan berprestasi. Ini pula yang dialami Edward Ryo.
ADVERTISEMENT
Dukungan luar biasa dari keluarga terutama dari sang ibu, Liliek Theresiawaty, menjadikan pemuda yang kerap disapa Edo ini tumbuh menjadi pribadi yang multitalenta di tengah keterbatasan yang dimilikinya.
Dikatakan Liliek, Edo sempat mengikuti les piano tingkat dasar dengan penguji dari London, Inggris. Jika di tempat les pianonya mengadakan konser, lanjut Liliek, maka Edo turut tampil bersama anak-anak normalnya.
Diakui Liliek, jika Edo memiliki ketertarikan pada bidang seni. Sehingga dia pun memutuskan untuk mengarahkan Edo, salah satunya dengan mendaftarkan Edo les piano.
"Edo juga ikut fashion show. Bahkan sering dapat juara dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai SMA (home schooling). Biasanya Edo ikut fashion show kalau ada event, misalnya peringatan Hari Kartini," ujar Liliek, kepada Basra, Rabu (23/3).
ADVERTISEMENT
Saat ini Edo sedang fokus dengan kegiatan melukisnya. Untuk les piano, dituturkan Liliek, tak lagi dilakukan Edo.
Lukisan Edo yang diaplikasikan pada masker.
"Saya lihat Edo kok sering pegang kertas gambar, jadi saya fokuskan Edo ke lukis dan les pianonya sudah tidak lagi. Kasihan dia kalau harus setiap hari keluar (les piano) malah nantinya dia bisa drop," jelas Liliek.
Agar Edo lebih terarah dalam menggambar, Liliek pun mendatangkan guru untuk membimbing Edo. Diakui Liliek, anak down syndrome cenderung melakukan hal-hal semaunya. Disinilah dibutuhkan peran guru untuk membimbingnya agar lebih terarah.
"Jadi ketika dia les menggambar itu hanya diarahkan gurunya, sedangkan apa yang dia gambar itu ya sesuai dengan imajinasinya," tutur Liliek.
Karya lukis Edo, lanjut Liliek, juga kerap dipamerkan di gedung kesenian Cak Durasim. Yang membanggakan, dari peserta pameran tersebut hanya Edo yang down syndrome.
ADVERTISEMENT
"Yang ikut pameran semuanya anak-anak normal, hanya Edo yang down syndrome," imbuhnya.
Kini karya lukis Edo yang berupa mozaik diaplikasikan dalam masker, mug, hingga book note. Ini berawal dari ketertarikan seorang dokter mata di Jakarta terhadap karya Edo.
"Karya Edo kan pernah tampil di Jakarta dan ada dokter mata yang mengapresiasi dan tertarik dengan karyanya. Kemudian beliau minta ijin untuk mengaplikasikan (mencetak) karya lukis Edo di masker dan headpiece yang biasa dipakai orang-orang medis itu. Ternyata banyak yang suka sama karya lukis Edo," paparnya.
Liliek mengaku bangga atas capaian prestasi yang telah diraih Edo. Meski terlahir dalam kondisi down syndrome namun Edo yang kini berusia 21 tahun tumbuh menjadi pribadi yang mandiri.
ADVERTISEMENT
"Dia sangat mandiri, tidak pernah merepotkan siapapun," tegasnya.
Liliek pun berpesan kepada para orang tua yang memiliki anak dengan kondisi spesial agar tak berkecil hati.
"Percayalah Tuhan menitipkan anak spesial ke kita pasti sudah punya rencana. Kita sebagai orang tua harus berusaha dan percaya Tuhan pasti beri jalan. Hanya perlu diingat, kita berusaha jangan minta hasil instan langsung terlihat karena anak spesial kita berbeda kemampuan dengan yang normal. Kita menanam juga tidak bisa langsung berbuah. Apa yang kita tanam pasti akan berbuah sesuai dengan bibit yang kita tanam. Pada saatnya kita akan memetik buah hasil kesabaran dari mendampingi anak special kita. Kita tidak sendiri tapi Tuhan selalu mendampingi kita semua. Ayo tetap semangat," tandasnya.
ADVERTISEMENT