Kisah Endang Kusrini, Seniman Keroncong di Surabaya yang Bertahan Saat Pandemi

Konten Media Partner
12 November 2021 9:37 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Endang Kustini (63), penyanyi keroncong asal Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Endang Kustini (63), penyanyi keroncong asal Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Di tengah gempuran musik-musik asing tak terkecuali K-Pop menjadikan perkembangan musik asli Nusantara kembang kempis. Meski demikian tak sedikit pelaku kesenian keroncong yang tetap bertahan. Namun badai pandemi turut menguji eksistensi seniman keroncong untuk bertahan.
ADVERTISEMENT
Endang Kusrini (63), salah seorang seniman keroncong asal Surabaya mengaku tetap berusaha bertahan di masa pandemi. Bahkan latihan rutin seminggu sekali tetap dilakukan Endang bersama kelompoknya, meski tak ada undangan manggung.
"Latihannya di rumah seminggu sekali bersama teman-teman," ujar penyanyi keroncong ini kepada Basra, (11/11).
Endang mengaku saat pandemi melanda hampir dua tahun, praktis dirinya tak ada tawaran manggung sama sekali. Untuk mengobati rasa rindu manggung, Endang dan grup musiknya memutuskan latihan rutin seminggu sekali.
"Nama grup saya Gema Satria, sudah berdiri sejak tahun 1989. Selama pandemi kita tidak dapat tanggapan (undangan manggung)," ungkap perempuan yang tinggal di kawasan Karah, Surabaya.
Tak adanya tawaran manggung, ibu tiga anak ini praktis tak mendapat pemasukan dari pentas keroncong. Kebutuhan sehari-hari Endang dan keluarganya ditutup dari uang pensiunannya sebagai guru.
ADVERTISEMENT
"Ya uang pensiunan dicukup-cukupkan untuk kebutuhan sehari-hari. Mau bagaimana lagi kondisi seperti ini," tukasnya.
Endang mengaku bersyukur masih memiliki (uang) pensiunan untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi Endang masih lebih baik dibanding teman-teman di grup musiknya.
"Teman-teman akhirnya harus kerja serabutan, ada yang jadi kuli, ya kuli apa saja termasuk kuli bangunan. Yang penting dapat uang," ujarnya.
Dikatakan Endang, sebelum pandemi melanda grup musiknya tak pernah sepi tawaran manggung. Dari hajatan nikahan hingga acara pemerintahan selalu menggunakan jasa grup musiknya. Bahkan tawaran manggung juga datang dari luar kota Surabaya.
"Sering kalau tanggapan (manggung) di luar kota. Tapi pas pandemi wis gak ono tanggapan (sudah tidak ada kegiatan manggung)," paparnya.
Endang pun menyambut gembira rencana Pemkot Surabaya yang akan kembali menghidupkan gelaran kesenian tradisional.
ADVERTISEMENT
"Ya semoga kami bisa manggung lagi, tidak lagi ngalor ngidul (kesana kemari) cari uang untuk kebutuhan sehari-hari," pungkasnya.