Konten Media Partner

Kisah Indayati Oetomo Bertahan saat Pandemi, Tutup Kantor sampai PHK Karyawan

9 April 2023 7:54 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Indayati Oetomo, International Director John Robert Powers. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Indayati Oetomo, International Director John Robert Powers. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 yang menghantam Indonesia selama hampir tiga tahun menyisakan banyak kisah bagaimana seseorang harus bisa tetap mempertahankan roda perekonomiannya berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu kisah ini datang dari Indayati Oetomo, International Director John Robert Powers.
ADVERTISEMENT
"Kayak kesamber petir ya karena seumur-umur belum pernah kan. Kalau krisis-krisis sebelumnya cuma materi, kalau (pandemi) ini kan pikiran juga terkuras, mental kena semua. Jadi menurut saya krisis yang holistik, jasmani dan materi," ungkapnya saat ditemui Basra disela kunjungannya ke Surabaya, Sabtu (8/4) malam.
Indayati berkisah, saat pandemi dirinya tak boleh egois dengan hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga harus memikirkan nasib sekian banyak karyawan yang menggantungkan pekerjaan padanya.
"Yang saya pikirkan itu nasib karyawan sekian banyaknya ini gimana? Dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya mengambil keputusan untuk melakukan PHK, sebenarnya tidak tega, tapi mau bagaimana lagi? Ini jalan yang harus dipilih dan saya pun meminimalisir (PHK) hanya 25 persen saja. Ini supaya kita bisa bertahan," paparnya.
ADVERTISEMENT
Pembatasan interaksi juga memaksa Indayati untuk memutar otak agar program John Robert Powers (JRP) tetap berjalan. Hingga lahirnya pemikiran untuk membuat program secara hybrid yang meminimalisir interaksi antara guru dengan siswa di JRP.
Indayati tak memungkiri jika pandemi COVID-19 cukup memberi pukulan telak bagi keberlangsungan JRP. Selain melakukan pengurangan karyawan, Indayati juga harus menutup salah satu kantor cabang JRP di Kota Medan.
"Di Medan itu akhirnya kita tutup, karena kondisinya memang tidak memungkinkan," tandasnya.
Tak berhenti sampai di situ, untuk kantor JRP di Surabaya, Indayati juga harus rela pindah ke lokasi yang lebih kecil demi menghemat pengeluaran. Bahkan Indayati juga harus menjual grand piano kesayangannya yang telah menemaninya sejak di awal merintis JRP di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Pindah kantor ke tempat yang lebih kecil, saya tidak malu. Kenapa harus malu? Bagi saya, yang penting tetap bisa bertahan," tegasnya.
Pandemi COVID-19 juga membuat Indayati berhutang biaya dalam jumlah yang tidak sedikit demi menutup biaya operasional.
"Sampai ada tunggakan biaya listrik dan sewa kantor. Saya sering ditagih sampai listrik terancam diputus, tapi semua saya hadapi. Saya tidak bersembunyi, saya bangun komunikasi (dengan pihak penagih). Akhirnya saya diberi kemudahan untuk menyicil. Jadi kalau punya utang itu jangan malah kabur, harus dihadapi. Semua kalau dikomunikasikan itu pasti ada jalan keluarnya," tukasnya.
Kini seiring dengan melandainya kasus COVID-19, Indayati mulai memetik buah dari perjuangannya selama pandemi mendera.
"Pinjaman sudah mulai nutup, sekarang hanya tinggal sekitar 30 persen saja. Aktivitas (JRP) juga sudah berjalan normal bahkan kalau bisa dibilang (pendapatan) sudah balik seperti sebelum pandemi," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Indayati, perjuangan bertahan selama pandemi memberikan banyak pelajaran berharga. Meski demikian Indayati tak ingin menoleh ke belakang sebagai bentuk jika dirinya telah benar-benar bangkit dari pandemi.
"Diambil hikmahnya tapi jangan menoleh ke belakang lagi. Ibaratnya kalau kita putus dari pacar ya harus dibuang jauh mantannya, move on, cari yang baru," tandasnya.