Kisah Mualaf, Tertarik Islam karena Hijab, Keluarga Gelar Acara Pamit ke Leluhur

Konten Media Partner
12 Maret 2024 6:52 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan berhijab. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan berhijab. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Februari 2020, menjadi momen bersejarah bagi Ni Putu Via (28). Di momen inilah Via memantapkan hati mengucap dua kalimat syahadat.
ADVERTISEMENT
"Februari 2020, Via mengucapkan dua kalimat syahadat di sebuah masjid di Surabaya," tutur perempuan yang bekerja di salah satu hotel berbintang di Surabaya, kepada Basra, belum lama ini.
Via mengungkapkan, tinggal di lingkungan dengan mayoritas masyarakatnya muslim, cukup berpengaruh pada dirinya. Bahkan Via mengaku mulai ada ketertarikan pada Islam saat duduk di bangku SMA.
"Via kan dulu sekolah di SMAN 8, yang cukup dekat dengan kawasan Ampel. Jadi teman-teman Via memang kebanyakan muslim. Apalagi Via kalau melihat teman Via pakai hijab itu rasanya seneng banget," terangnya.
Via menuturkan, tak hanya senang melihat temannya berhijab, saat pelaksanaan kegiatan pondok Ramadan di sekolah, Via mengaku juga memakai hijab. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada temannya yang muslim, Via memakai hijab juga karena ada dorongan ketertarikan.
ADVERTISEMENT
"Via suka lihat teman Via yang berhijab, Via juga suka pakai hijab kalau ada pondok Ramadan di sekolah," imbuhnya.
Selain itu, saat momen Ramadan Via juga kerap terlibat dalam kegiatan pembagian takjil. Momen ini dirasakan Via memberikan kebahagiaan tersendiri.
"Ikut beberapa komunitas buat bagi-bagi takjil. Seneng bisa ikut bagi-bagi takjil," tukasnya.
Dari situlah Via mengaku mulai memiliki ketertarikan terhadap Islam. Bahkan Via juga mulai membaca buku-buku tentang Islam.
"Mulai baca-baca buku soal Islam meski tidak terlalu intens," sambung sulung dari 3 bersaudara ini.
Via bersyukur saat mengucapkan dua kalimat syahadat pada Februari 2020 silam turut pula didampingi sang papa. Ini menjadi bukti bahwa sang papa memberikan restu kepadanya menjadi seorang mualaf.
ADVERTISEMENT
Restu juga didapatkan Via dari keluarga besar sang papa yang mayoritas beragama Hindu. Sebuah upacara adat bahkan digelar untuk melepas Via dari keyakinannya sebelumnya.
"Ada upacara adat yang digelar untuk saya pamit dari leluhur, dari keluarga besar," tandasnya.
Via mengakui prosesnya menjadi seorang mualaf cukup mudah. Namun ujian datang tepat satu bulan usai Via mengucap ikrar sebagai mualaf. Kala itu Via divonis miom. Bahkan sang ayah mertua meninggal dunia tak lama setelah Via menikah.
"Berat banget waktu itu, Via sakit, kemudian ayah mertua meninggal dunia. Kayak benar-benar diuji. Ustazah saya sempat bilang kalau proses menjadi mualaf itu sebenarnya nggak gampang, pasti akan ada ujiannya. Alhamdulillah setahun setelah saya mualaf, Allah angkat semua penyakit, pelan-pelan juga semuanya berjalan dengan baik," pungkasnya.
ADVERTISEMENT