Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Kisah Pasutri di Surabaya Sukses Pelopori Kampung Lumpia, Berawal Modal Nekat
10 Maret 2025 6:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Di Surabaya ada sebuah kampung jajanan yang cukup termasyur, Kampung Lumpia namanya. Berada di kawasan Ngaglik Kuburan, Kecamatan Tambaksari, kampung ini mampu memproduksi ribuan lumpia setiap harinya. Keberadaan kampung lumpia tak terlepas dari peran pasangan suami istri (pasutri) Sukarsipah dan Kasno. Siapa sangka jika hadirnya kampung lumpia berawal dari kenekatan pasutri ini.
ADVERTISEMENT
"Ya modal nekat sama suami, wong awalnya saya cuma buruh cuci dan suami jualan sosis dan tempura di stadion (stadion Gelora 10 November)," ujar Sukarsipah, saat ditemui Basra di kediamannya, belum lama ini.
Perempuan yang kerap disapa Ipah ini melanjutkan, usaha pembuatan lumpia dirintis bersama suaminya sejak tahun 2000. Jajanan lumpia yang cukup populer di stadion Gelora 10 November (dulu stadion Tambaksari) setiap ada pertandingan bola, menarik minat Kasno untuk turut berjualan.
“Awalnya suami saya jualan sosis itu tahun 2000, suami saya sempat melihat proses produksi lumpia. Kemudian dia belajar membuat kulit lumpia, lah kok bisa, kemudian belajar nggulung (lumpia) juga, ternyata bisa juga. Akhirnya saya yang waktu itu cuma buruh cuci disuruh oleh suami jualan lumpia. Kita bikin bareng-bareng, hasilnya juga dijual bareng. Suami bawa 50 biji lumpia, saya bawa 50 biji. Saya keliling kampung ke kampung dengan menyunggi dagangan,” kenang Ipah.
ADVERTISEMENT
Ipah mengaku sempat merasa malu saat awal berjualan lumpia. Pasalnya, Ipah belum pernah sekalipun berjualan. Namun demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, Ipah menebalkan muka dan berjualan lumpia keliling kampung.
Tak hanya harus menepis rasa malu, kesabaran Ipah berjualan lumpia harus diuji. Ipah bahkan sempat hampir patah arang karena lumpia sering sisa banyak atau malah tidak laku.
"Namun suami saya sering memberikan semangat untuk tetap berjualan. Alhamdulillah bertahap lumpia kita selalu laku dan permintaan pun bertambah. Apalagi kalau pas Persebaya main (di stadion Tambaksari) pasti bikinnya lebih banyak karena pasti banyak yang beli,” terangnya.
Pesanan yang terus berdatangan mendorong Ipah mengajari anak-anaknya membuat lumpia. Jadilah pasutri dan 8 anaknya itu bahu membahu dalam memproduksi lumpia. Produksi lumpia tadinya yang hanya berjumlah ratusan biji setiap hari, seiring berjalannya waktu terus meningkat. Bahkan kini Ipah dibantu anak-anaknya dan sejumlah tetangga mampu menghasilkan ribuan lumpia setiap hari.
ADVERTISEMENT
"Tadinya cuma bikin sama anak-anak, tapi pas pandemi COVID-19 banyak tetangga yang kehilangan pekerjaan dan datang ke saya minta diperkerjakan. Saya kan tidak tega ya melihat mereka yang harus kehilangan pekerjaan, ya sudah ajak mereka bikin lumpia juga," tutur Ipah.
Produksi lumpia di kampung ini dilakukan di rumah Ipah. Proses produksi dilakukan pagi hingga siang hari. Namun saat bulan Ramadan seperti sekarang, proses produksi dilakukan selepas sahur untuk dijual sore menjelang berbuka puasa.
Lumpia produksi kampung lumpia ini cukup ramping dan lebih panjang dari lumpia khas Semarang. Isiannya tanpa daging maupun rebung, hanya berupa kecambah dan wortel.
Satu lumpia dijual seharga Rp1.800 untuk yang sudah digoreng, sedangkan yang belum digoreng dijual seharga Rp1.500 dan dapat bertahan satu hari. Jajanan ini tidak hanya dijual di pengecer di Surabaya tetapi juga dikirim ke Sidoarjo, Gresik, Yogyakarta, Solo, bahkan hingga keluar pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Ipah pun bersyukur usaha lumpia yang dirintis bersama sang suami bermodal nekat mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.
"Alhamdulillah bisa jadi tempat orang-orang mencari rezeki, dari yang bikin lumpianya sampai yang jualan," tandasnya.