Konten Media Partner

Kisah Putri, Santri di Surabaya yang Terlahir dari Ibu PSK

22 Oktober 2021 9:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay
ADVERTISEMENT
Tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Tanggal ini merujuk pada terbitnya Resolusi Jihad, 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad menyulut semangat juang para santri dan masyarakat untuk mempertahankan NKRI dari ancaman pendudukan kembali tentara sekutu Belanda dan Inggris (NICA) kala itu.
ADVERTISEMENT
Ada banyak kisah menarik datang dari anak yang kini tengah menimba ilmu di pondok pesantren (ponpes). Putri (bukan nama sebenarnya) misalnya. Di usianya yang baru menginjak 6 tahun, santri dari Ponpes di Surabaya ini harus menanggung beban hidup yang tak mudah, ditelantarkan orang tua kandungnya.
Diceritakan Muhammad Nasih, pengurus harian Ponpes tersebut, Putri terlahir dari seorang Pekerja Seks Komersial (PSK), di usianya yang baru dua bulan, sang ibu tega meninggalkan Putri sendirian tanpa ada sanak saudara.
"Jadi Putri waktu bayi itu ditinggal pergi ibunya. Putri ditinggal sendirian di kamar kos. Kemudian oleh tetangga kosnya, Putri dirawat sampai sekarang," ujar Nasih, kepada Basra, Jumat (22/10).
Menurut penuturan orang yang merawat Putri, seperti dikutip Nasih, ibu Putri tinggal di kawasan Jarak. Ketika Dolly masih menjadi kawasan prostitusi, ibu Putri diketahui bekerja sebagai PSK.
ADVERTISEMENT
Sejak dua bulan lalu, kata Nasih, oleh orang yang merawatnya, Putri didaftarkan sebagai santri Ponpes. Dijelaskan Nasih, untuk mendaftar menjadi santri di Ponpes, seorang anak wajib memiliki akta kelahiran dan kartu keluarga. Namun kebijakan ini tak bisa diterapkan kepada Putri.
"Untuk kasus Putri ada pengecualian, kita masukkan dia dalam daftar anak yatim jadi ada perlakuan khusus. Ya mau gimana lagi, Putri kan tidak punya akta kelahiran ataupun Kartu Keluarga," jelas Nasih.
Pihak Ponpes tidak ingin hanya karena tak memiliki identitas keluarga menjadikan penghalang seorang anak dalam menimba ilmu agama. Apalagi dituturkan Nasih, Putri terlihat semangat ketika mengaji.
"Dia anaknya pintar, sangat disayangkan kalau dia tidak bisa belajar agama hanya karena tidak memiliki identitas keluarga," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Selain Putri, kata Nasih, pihaknya juga memiliki santri lain dengan nasib tak berbeda jauh dengan Putri, ditinggal ibu kandungnya yang berprofesi sebagai PSK.
Sebagai ponpes yang berada di kawasan eks lokalisasi Dolly, Jeha kata Nasih, memiliki beberapa santri yang terlahir dari PSK.
"Dulu waktu Dolly masih aktif (jadi lokalisasi) santri kita banyak malah yang seperti Putri. Tapi sekarang karena Dolly sudah tidak aktif, ya tidak banyak santri yang seperti Putri," ujarnya.
Meski terlahir dari ibu PSK, Nasih berharap Putri dapat menjadi anak yang sholehah agar dapat menjadi penolong ibunya di akhirat kelak. Apalagi hingga kini ibu Putri tak diketahui timbanya.
"Jangan sampai seperti pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Putri harus berbeda dari ibunya," tegas Nasih.
ADVERTISEMENT