Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kisah Remaja Napi Narkotika Surabaya dan 'Pertemuannya' dengan Alquran
6 Agustus 2019 14:02 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB

ADVERTISEMENT
Tak pernah terbayang di benak Bintang (nama samaran) kalau masa remajanya akan diwarnai kehidupan dalam rumah tahanan. Gara-gara mengonsumsi sabu bersama temannya, Bintang yang kini berusia 17 tahun harus menjalani masa tahanan selama dua tahun di rumah tahanan (Rutan) Klas 1 Surabaya di Medaeng, Waru, Sidoarjo.
ADVERTISEMENT
''Saya ada di sini (Rutan) sejak Agustus 2018,'' kata Bintang yang ditemui Basra, Senin (5/8). Bintang lalu bercerita, dia adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ayahnya sehari-hari ngojek, dan ibunya mengurus rumah tangga. Pada 2015, Bintang putus sekolah karena penghasilan ayahnya tak cukup untuk membiayai rumah tangga dan pendidikannya.
''Saya akhirnya kerja di tempat potong ayam. Di sana, saya dapat upah Rp 80 ribu. Saya bagi upahnya, Rp 50 ribu untuk cicilan motor dan kasih ibu, yang Rp 30 ribu saya belikan sabu,'' kata Bintang.
Bintang mengaku, perkenalannya dengan sabu berawal dari ajakan teman. Untuk bisa mendapat satu klip sabu, Bintang patungan dengan temannya.
''Jadi tiap dua hari sekali, saya kasih Rp 75 ribu ke teman saya. Dia juga kumpulkan Rp 75 ribu total Rp 150 ribu untuk beli sabu,'' kata Bintang.
ADVERTISEMENT
Merasa gerak-geriknya tidak mencurigakan, selama lima bulan Bintang terus menerus mengonsumsi sabu tanpa terpikir akan ketahuan. Hingga tiba-tiba datanglah hari penangkapan yang mengubah kehidupan Bintang sepenuhnya.
''Saya ditangkap sama teman saya. Kami sama-sama di sini tapi tidak satu blok,'' kata Bintang.
Sejak hari pertama menjadi narapidana anak, tak banyak pembicaraan yang bisa Bintang buka dengan teman satu selnya. Cemas, sedih, dan bingung. Inilah perasaan Bintang saat awal-awal jadi penghuni penjara. ''Saya sering kembali ke sel setelah magrib. Saya masuk lalu tidur. Saya enggak banyak ngobrol dengan teman-teman,'' kata Bintang.
Selama tiga bulan di rutan, tak banyak perubahan dalam diri Bintang. Sampai suatu hari di bulan Oktober 2018, Bintang diminta ikut kegiatan mengaji dan tausyiah yang baru diadakan Ahmad Nuri Dhuka, Kepala Seksi Pelayanan Tahanan Rutan Klas 1 Surabaya.
ADVERTISEMENT
Siapa yang sangka, dari rutin menjalankan salat jemaah dan mendengar tausyiah, Bintang sedikit demi sedikit berubah. Dari yang awalnya Bintang sama sekali tak bisa baca huruf Hijaiyah, kini Bintang sering memimpin tadarus Alquran di masjid rutan. Dari yang dulu tak tahu gerakan dan bacaan salat, kini Bintang sudah dua kali khatam Alquran. Bahkan sampai hari ini, Bintang dipercaya memimpin kelompok hadrah anak Rutan Medaeng.
Hari-hari Bintang pun hanya diisi kegiatan di masjid mulai subuh sampai magrib. ''Saya bantu takmir bersih-bersih masjid, lalu tadarus dari jam 9-11 pagi. Kemudian salat zuhur, langsung bersih-bersih lagi, sampai sore dengar ceramah. Kalau sudah tidak ada kegiatan di masjid baru main bola,'' kata Bintang.
ADVERTISEMENT
Bintang mengaku senang dengan perubahan dirinya yang saat ini. Bahkan ketika Basra bertanya apa yang ingin Bintang lakukan bila keluar penjara nanti, air mata Bintang berlinang.
''Saya kasihan sama Bapak, sama Ibu. Saya sudah menyusahkan. Saya enggak tega melihat mereka. Saya menyesal bisa ada di sini,'' kata Bintang tampak menyeka air matanya dengan baju koko yang ia pakai.
Penyesalan Bintang tampak tulus. Bintang bahkan ingin kembali bekerja di tempat pemotongan ayam bila sudah keluar dari rutan nanti. ''Saya mau kerja saja, buat bantu Bapak-Ibu. Supaya adik-adik bisa sekolah semua. Pas saya ditangkap, bos saya bilang mau tetap terima saya kalau saya sudah keluar,'' kata Bintang yang terakhir dikunjungi keluarganya pada Mei lalu.
ADVERTISEMENT
Saat Basra menanyakan apakah Bintang akan tergoda untuk mencoba narkoba lagi, tegas dia mengatakan, ''Jangan sampai. Jangan sampai saya di sini lagi. Jangan,'' kata Bintang.
Tak banyak harapan Bintang, dia ingin bisa segera bebas dan menunjukkan pada orang tuanya kalau dia sulung yang dapat diandalkan.
Melihat perubahan perilaku Bintang yang positif Ahmad Nuri Dhuka selaku Kepala Seksi Pelayanan Tahanan Rutan Klas 1 Surabaya, mengatakan Bintang memang anak binaan rutan yang menunjukkan perubahan signifikan.
Perilaku Bintang terbilang baik, tidak pernah mencari masalah dengan sesama penghuni rutan dan bahkan jadi andalan kelompok hadrah anak Rutan Medaeng. ''Karena itu, Idul Fitri kemarin dia dapat remisi 15 hari, dan nanti pas 17 Agustus dia dapat remisi dua bulan,'' kata Dhuka pada Basra.
ADVERTISEMENT
Meski belum dinyatakan bebas pada saat momen Agustusan nanti, tapi Bintang cukup senang menyambut hari pembebasannya yang tidak lama lagi. (Reporter : Windy Goestiana)