Konten Media Partner

Kisah Sasha, Mantan Guru yang Mendirikan Sekolah Khusus Anak Disabilitas

12 September 2023 9:48 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tirza Dian Octivia, founder Destiny Learning Center. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Tirza Dian Octivia, founder Destiny Learning Center. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lebih dari 10 tahun lamanya Tirza Dian Octivia selalu berinteraksi secara intens dengan anak-anak disabilitas. Berprofesi sebagai terapis hingga guru bagi anak-anak disabilitas menjadikan perempuan yang kerap disapa Sasha ini memahami betul apa yang menjadi kebutuhan anak-anak disabilitas.
ADVERTISEMENT
"Saya berinteraksi dengan anak-anak spesial need ini sudah 10 tahun. Dulu pernah jadi terapis kemudian bekerja di sekolah yang kebetulan juga handle anak-anak spesial need terutama usia SMP dan SMA," ujar Sasha saat ditemui Basra, Selasa (12/9).
Lantas muncul di benak Sasha bahwa dilahirkannya anak-anak berkebutuhan khusus tersebut pasti ada tujuan dari Sang Pencipta. Sasha pun berkeinginan membantu anak-anak berkebutuhan tersebut agar sampai pada tujuannya.
"Kebanyakan orang berpikir bahwa anak-anak yang sukses itu lewat jalur akademis. Tapi jalur ini beda dengan anak-anak spesial need. Kita tidak bisa terapkan jalur itu untuk anak-anak spesial need. Mengajari anak-anak spesial need life skill itu harus secara halus," terangnya.
Pembelajaran life skil untuk anak-anak disabilitas.
Pemikiran itu lantas menimbulkan kegelisahan di hati Sasha. Makin lama kegelisahan itu makin membuat Sasha resah hingga akhirnya ia memutuskan untuk mendirikan pusat pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus, Destiny Learning Center.
ADVERTISEMENT
"Dua tahun lalu ketika masih pandemi masih berupa workshop-workshop untuk anak-anak spesial need secara online. Satu tahun kemudian saya ngajak teman-teman yang satu visi dan misi bikin kurikulum dan silabusnya. Dan pada Februari tahun ini baru ada gedungnya," terang Sasha.
Menurut Sasha, terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus mempunyai batas waktu maksimal hingga usia 12 tahun. Padahal anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkan waktu yang relatif lama untuk bisa belajar life skill.
"Banyak juga orang tua yang curhat nanti setelah anaknya selesai terapi bagaimana kelanjutannya. Saya jadi makin mikir, dari situ akhirnya makin kuat tekad untuk bikin pusat pembelajaran bagi anak-anak spesial need," tukasnya.
Saat ini Destiny Learning Center yang berlokasi di kawasan Klampis, Surabaya, memiliki 18 anak asuh dengan berbagai kondisi disabilitas intelektual.
ADVERTISEMENT
Di Destiny Learning Center, anak-anak berkebutuhan khusus tersebut diajari terkait life skill agar bisa mandiri. (rur)