Konten Media Partner

Kisah Savitri, Rela Lupakan Cita-cita dan Jadi Bidan Demi Orang Tua

22 Oktober 2024 7:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Savitri Zuhilda.
zoom-in-whitePerbesar
Savitri Zuhilda.
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang bidan awalnya tidak pernah terlintas dalam pikiran Savitri Zuhilda. Perjalanan Savitri menuju profesi ini tidak dimulai dengan minat atau keinginan pribadi yang kuat, melainkan bermula dari dorongan orang tuanya.
ADVERTISEMENT
"Ibu saya adalah seorang bidan, tapi sejujurnya dulu saya punya passion sendiri, ingin masuk kuliah ke jurusan teknologi pangan. Setelah lulus SMA saat itu sempat gap year, akhirnya orang tua saya yang mendorong saya untuk masuk ke program studi kebidanan," kata Savitri, usai diambil sumpah dalam acara Sumpah Profesi Bidan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Kamis (17/10/) kemarin.
Perempuan asal Bima, Nusa Tenggara Barat itu menceritakan bahwa meski pada awalnya merasa ragu dan kurang tertarik, ia tetap menjalani perkuliahan dengan dedikasi maksimal.
“Awal kuliah bisa dibilang berat, ada keraguan juga bisa apa enggak. Jadi waktu kuliah S1 Bidan saya menjalani seadanya. Tapi ketika memutuskan lanjut profesi bidan, di situ titik baliknya hingga saya punya ambisi tinggi dan ingin membayar apa yang kurang maksimal ketika S1,” tukasnya.
ADVERTISEMENT
Momen yang mengubah hidupnya adalah ketika ia mulai menjalani praktik lapangan, terutama saat ia terjun langsung membantu proses persalinan. Pada momen itulah Savitri merasakan secara nyata peran penting bidan dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi yang baru lahir.
"Saya ingat saat pertama kali terlibat langsung dalam proses persalinan. Ada perasaan bangga tersendiri bisa membantu seorang ibu berjuang dalam persalinan, dan bayinya selamat. Di situ saya berpikir betapa keren dan mulianya profesi ini dan saya mulai mencintai profesi ini sepenuhnya," ungkap Savitri dengan penuh haru.
Tekadnya itu berhasil mengantarkan Savitri lulus dengan IPK 4.00, dan seiring berjalannya waktu, ia mulai menumbuhkan cinta dan rasa tanggung jawab terhadap profesinya. Savitri mulai menganggap profesi bidan sebagai jalan hidup yang benar-benar ingin ia tekuni.
ADVERTISEMENT
Anak ketiga dari empat bersaudara itu mengungkapkan bahwa keragu-raguannya juga yang membawa dirinya terbang dari Bima ke Surabaya untuk menuntut ilmu.
“Ketika saya memutuskan untuk mau studi di kebidanan, di situ saya juga bertekad ingin sekolah di luar pulau saja. Saya berpikir, saya harus mengembangkan diri lebih maksimal di tempat yang lebih juga, dan dari situ saya search di internet dan muncullah Unusa pertama kali yang akhirnya menjadi tujuan saya sampai saat ini,” ujarnya.
Saat ditanya apa motivasi terbesarnya untuk merantau ke Surabaya, ia menceritakan bahwa kondisi penanganan permasalahan ibu dan bayi di daerah Bima masih perlu perhatian serius. Keberadaan jumlah seorang bidan di Bima terbilang cukup banyak, namun angka kematian yang terjadi juga terbilang masih cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
“Bidan di Bima itu cukup banyak, tapi untuk penanganan lebih dalam terhadap persoalan ibu dan bayi masih kurang. Di sana pemantauannya belum menyeluruh bahkan minim, pemanfaatan kadernya terbilang belum maksimal, beda jika saya melihat di Surabaya, kita bisa memantau risiko dan melihat perkembangan ibu dan bayi sangat mudah,” ujar perempuan kelahiran Bima, 10 November 2000 itu.
Hal tersebut akhirnya menjadi dorongan kuat Savitri ke depannya untuk kembali ke daerah asalnya.
“Setelah lulus profesi ini, saya ingin bekerja dulu menjadi Bidan di Surabaya untuk sementara waktu. Saya ingin memperkaya pengalaman dan wawasan dulu di sini, yang akhirnya nanti bisa saya bawa pulang ke Bima dan membuka praktik sendiri di sana, juga bisa memberikan sistem pelayanan lebih baik,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kini, setelah resmi diambil sumpah sebagai bidan, Savitri siap untuk mengabdikan dirinya dalam dunia kesehatan, khususnya dalam bidang kebidanan. Ia berharap dapat berkontribusi dalam membantu lebih banyak perempuan melalui masa-masa penting dalam hidup mereka, yaitu proses persalinan.
"Sekarang saya merasa sangat bersyukur bahwa orang tua saya mendorong saya ke arah yang benar. Saya juga bersyukur bisa menjalani kuliah di Unusa, yang telah memberikan saya banyak ilmu dan pengalaman berharga," tambahnya.
Pengambilan sumpah Savitri ini menandai dimulainya babak baru dalam hidupnya sebagai seorang bidan profesional. Kisahnya membuktikan bahwa melalui pengalaman dan kesempatan, kita dapat menemukan panggilan hati kita yang sebenarnya. Savitri berharap agar pengalamannya ini dapat memberikan inspirasi bagi mahasiswa lainnya yang sedang mencari jalan hidup mereka.
ADVERTISEMENT