Kisah Sri Widi, Jadi Sarjana S1 di Usia 51 Tahun Usai Dua Kali Gagal Kuliah

Konten Media Partner
26 April 2024 7:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sri Widi, wisudawati S1 dari Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dunia (PGPAUD) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Sri Widi, wisudawati S1 dari Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dunia (PGPAUD) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di usianya yang sudah menginjak 51 tahun, Sri Widi Istina berhasil merampungkan pendidikan S1. Sri Widi merupakan Wisudawati S1 dari Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dunia (PGPAUD) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Menariknya, selain harus menempuh pendidikan S1 di usia yang tak lagi muda, Sri Widi juga merupakan pemeluk agama Katolik namun memilih kuliah di Unusa yang notabene nya merupakan kampus berbasis agama Islam. Maka cerita menarik pun bergulir selama Sri Widi kuliah di Unusa.
ADVERTISEMENT
Sri Widi mengaku jika sebelumnya ia tidak mengetahui kalau kampus Unusa sebagian besar mahasiswanya adalah muslim. Apalagi Sri Widi mendapatkan referensi terkait Unusa dari teman gereja.
“Saya tidak tahu itu (Unusa kampus Islam), saya dapat referensi dari teman gereja," tutur Sri Widi saat ditemui Basra usai wisuda, Kamis (25/4) kemarin.
Meski harus kuliah di kampus yang berbeda dengan keyakinannya, namun Sri Widi mengaku nyaman menjalani hari-harinya di Unusa. Bahkan saat harus mengikuti mata kuliah Agama Islam dan Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah).
Aswaja adalah salah satu aliran pemahaman teologis (akidah) Islam. Di lembaga pendidikan Unusa, Aswaja menjadi mata kuliah yang wajib ditempuh tiap mahasiswa.
Menurut pengakuan Sri Widi, ia justru merasa beruntung dapat memperoleh mata kuliah Aswaja. Karena di dalamnya banyak penjelasan tentang bagaimana manusia dapat bertoleransi dan menjalankan kehidupan sosial dengan semestinya.
ADVERTISEMENT
“Saya akui tidak ada hal yang bertentangan dengan keyakinan saya sebagai pemeluk Katolik. Semuanya baik, saya suka sekali,” tukas perempuan kelahiran Magelang, 3 November 1973 ini.
Terkait keputusannya untuk kuliah di usia yang tak lagi muda, tak terlepas dari motivasinya yang ingin memberikan yang terbaik untuk anak didiknya di sebuah lembaga day care di kawasan Surabaya barat.
Sebagai lulusan SMA, Sri Widi mengaku cukup minim teori pendidikan anak, meski ia mengaku tak memiliki kesulitan saat harus mengajar di day care.
“Awalnya saya memang tidak berminat untuk kuliah kembali, apalagi setelah menjalani perkuliahan pada dua perguruan tinggi berbeda sebelumnya, gagal di tengah jalan. Tapi karena saya menyadari akan kekurangan teori dalam mendampingi anak-anak di day care, akhirnya saya mencoba lagi. Saya akui secara praktik saya mampu tapi minim teori,” terang Sri Widi.
ADVERTISEMENT
Diakui Sri Widi, awalnya ia merasa tidak percaya diri dalam mendampingi anak-anak di day care atau membantu kegiatan sekolah minggu di gereja, karena orang masih memandang dirinya hanya lulusan sekolah menengah, meski diakui penguasaan dalam praktik mendampingi anak-anak sudah cukup berpengalaman.
“Kini setelah saya menyandang gelar sarjana pendidikan bidang studi PAUD, kepercayaan diri meningkat. Saya kombinasikan antara pengalaman dan praktik di lapangan selama ini dengan teori-teori yang diperoleh saat kuliah,” tegasnya.
Sri Widi merupakan satu dari 153 wisudawan yang diwisuda Kamis (25/4) siang di Unusa Tower, Kampus B Surabaya.