Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Kisah Sunan Boto Putih yang Sebarkan Islam di Surabaya
9 November 2019 6:02 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB

ADVERTISEMENT
Sunan Ampel memang berjasa atas penyebaran agama Islam di Surabaya. Tapi selain Sunan Ampel, ada juga nama Pangeran Lanang Dangiran atau yang lebih dikenal dengan Sunan Boto Putih.
ADVERTISEMENT
Kisah tentang Sunan Boto Putih memang tak banyak diungkap dalam sejarah perkembangan Islam di Pulau Jawa. Pamornya pun tak seperti wali songo utamanya Sunan Ampel, yang begitu melekat bagi warga Surabaya.
Makam Sunan Boto Putih sendiri berada di kompleks makam Sentono Agung Boto Putih di Jalan Pegirian. Saat Basra berkunjung pada Jumat (8/11), terlihat jika kompleks makam ini merupakan kompleks makam sunan dan para bangsawan (adipati) di Surabaya. Ini terlihat jelas dari arsitektur bangunan gapura makam dengan gaya ornamen keraton.
Meski demikian, gerbang kompleks makam tidak digembok sehingga para pengunjung bisa dengan leluasa memasuki area makam untuk berdoa.
"Monggo (silakan) saja kalau mau berziarah, kompleks makam dibuka 24 jam. Hanya saja tidak boleh melakukan pengrusakan disini karena makam ini sudah jadi cagar budaya," kata Joko, salah seorang juri kunci kompleks makam Sentono Agung Boto Putih kepada Basra.
ADVERTISEMENT
Diceritakan Joko, Sunan Boto Putih berperan menyebarkan syiar Islam di Surabaya pada abad ke-15. Beliau adalah pangeran dari kerajaan Blambangan.
"Beliau adalah Putra Pangeran Kedawung. Namun memilih meninggalkan kerajaan dan melarung ke laut. Selama berbulan-bulan beliau terombang ambing di laut hingga terhempas ombak di Laut Jawa. Saat di Gresik beliau ditemukan oleh Kiai Kendil Wesi," jelas Joko.
Kepandaian Sunan Boto Putih mendalami agama Islam dan menyebarkannya di kalangan Gresik dilihat oleh Kiai Kendil Wesi. Beliau akhirnya diminta menyebarkan Islam di Surabaya dan menetap di kawasan Pegirian, tepatnya di Dukuh Boto Putih. Hingga julukan Sunan Boto Putih melekat padanya.
"Wilayah yang dijadikan persebaran Islam oleh Sunan Boto Putih mulai Pegirian hingga Kapasan serta ujung Utara Surabaya. Banyak warga yang datang berguru dan mengaji pada Sunan Boto Putih. Beliau akhirnya wafat di tahun 1638 dan dimakamkan di sini," imbuh Joko.
ADVERTISEMENT
Area makam Sunan Boto Putih ini, kata Joko, memang banyak didatangi para peziarah. Yang datang bisa dari dalam Surabaya hingga luar pulau.
"Hari-hari biasa memang banyak, tapi kalau bulan-bulan baik dalam kalender Islam seperti Maulid sekarang ini bisa lebih banyak lagi yang datang," imbuhnya.
Kompleks makam Sentono Agung Boto Putih ini memiliki luas sekitar 4.000 meter persegi dan terbagi menjadi dua area besar. Yang pertama adalah makam Pangeran Lanang Dangiran, kedua adalah makam Al Habib Syekh Bin Ahmad Bin Abdullah Bafaqih.