Kisah Zainul, Tunanetra yang Lulus S2 di London dan Ajarkan Ngaji Quran Braille

Konten Media Partner
29 Maret 2021 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Zainul Muttaqin, seorang tunanetra yang berhasil lulus S2 di London Metropolitan University England, dengan gelar Master of Education. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Zainul Muttaqin, seorang tunanetra yang berhasil lulus S2 di London Metropolitan University England, dengan gelar Master of Education. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan manusia," pepatah inilah yang dipegang teguh oleh Zainul Muttaqin, seorang tunanetra yang berhasil lulus S2 di London Metropolitan University England, dengan gelar Master of Education.
ADVERTISEMENT
Baginya, belajar dan meraih ilmu di negeri orang merupakan angan-angan yang dulu sangat ia impikan. Terlebih, bagi ia yang merupakan penyandang tunanetra, hal tersebut sangatlah mustahil untuk diraih.
"Jadi belajar di luar negeri itu adalah mimpi saya. Selain belajar, berusaha, untuk mewujudkan mimpi tersebut, ada satu keyakinan pada diri saya kalau orang lain bisa kenapa saya tidak. Dan saya percaya bahwa Allah memberikan kemampuan pada saya," kata Zainul pada Basra, Senin (29/3).
Sebelum mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri, pria 51 tahun ini harus menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Indonesia.
Di mana, ia lulus S1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Pendidikan Agama Islam, dan dilanjutkan S2 di Univeristas Pendidikan Indonesia (UPI) jurusan pendidikan luar biasa (PLB).
ADVERTISEMENT
"Setelah lulus S2 baru saya apply beasiswa untuk S3. Dan alhamdulillah saya lolos seleksi dan melanjutkan pendidikan di London pada tahun 2010. Tapi, karena background saya cuma guru dan S3 dosen harus penelitian, dan lain-lain, kualifikasi saya kurang sesuai jadi saya di kasih S2 aja," ungkapnya.
Berbekal pengetahuan yang telah ia dapatkan, selain bekerja di Kementerian Agama RI, Zainul juga merupakan seorang guru mengaji Al-Qur'an Braille bagi para tunanetra.
Ketika ditanya lebih lanjut terkait teknik mengaji menggunakan huruf braille, Zainul menjelaskan jika cara belajar dan mengajar Al-Qur'an dengan huruf braille sangatlah mudah.
"Kalau kita paham itu sangat mudah. Padahal kalau kita belajar tulisan braile, braile itu hanya punya 6 titik seperti domino. Dari 6 titik itu kalau dijabarkan, braile hanya memainkan 1 sampai 6 titik saja yang bisa membentuk huruf," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dari 1-6 titik tersebut terdapat 63 simbol. Seperti huruf Latin, Arab, Matematika, Kimia, hingga Fisika.
"Karena simbol banyak, huruf-huruf yang diwakili banyak, jadi banyak persamaannya. Misal antara braille Arab dan Latin persamaannya 70 sampai 80 persen," tutur pria yang juga menulis Buku Panduan Cepat Membaca Al-Qur'an Braille ini.
Selain memahami mengenai huruf braille, hal lain yang harus ditingkatkan yakni melatih sensitivitas atau kepekaan jari. Karena huruf braille merupakan huruf taktual yang bisa diakses para tunanetra dengan indera perabanya.
"Jadi yang perlu dilatih adalah sensitivitas dari perabaan itu sediri. Dalam hal ini adalah ujung jari. Karena tunanetra membaca itu dengan ujung jari. Jadi sensitivitas ujung jari sangat penting untuk membaca hurif braille dengan lancar," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Terakhir, ia pun berharap banyak masyarakat awas yang belajar mengenai huruf braille agar bisa mengajarkan mengajarkan kepada para tunanetra.
"Saya harap guru yang mengajar di TPA dan guru pendamping inklusi juga bisa mempunyai kemampuan ini. Dengan begitu, di manapun dia berada, dia akan siap untuk mengajarkan tunanetra di sana. Karena selama ini anak tunanetra kesulitan mencari guru," pungkasnya.