Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Kisah Zangrandi, Toko Es Krim Berusia 96 Tahun yang Bakal 'Tutup Usia'
23 Maret 2021 16:52 WIB
ADVERTISEMENT
Kabar bakal tutupnya kedai es krim Zangrandi cukup menghebohkan warga Surabaya. Pasalnya, kedai es krim tersebut diketahui hadir di Surabaya sejak jaman kolonial Belanda tepatnya tahun 1925.
ADVERTISEMENT
"Saya baca berita di sejumlah media online tentang berdirinya Zangrandi yang disebut tahun 1930. Padahal Zangrandi berdiri di tahun 1925, dan ini dibuktikan dengan adanya iklan dari Zangrandi di koran Belanda kala itu bernama De Indische Courant," ungkap Kuncarsono Prasetyo, Praktisi Sejarah Kota Surabaya, kepada Basra, Selasa (23/3).
Di koran tersebut yang berhasil didapatkan Kuncar, Zangrandi beriklan tentang berdirinya kedai es krim yang bernama Tutti Frutti. Kedai es krim tersebut menempati bangunan yang kini menjadi pusat pelayanan publik satu atap Siola.
Zangrandi sendiri dikatakan Kuncar merupakan seorang imigran Italia bernama lengkap Roberto Zangrandi. Dia datang ke Surabaya bersama sang istri, Ny.Zomers.
"Roberto Zangrandi menghadirkan es krim khas Italia lewat kedai Tutti Frutti dan pemegang resepnya adalah istrinya, Ny. Zomers," imbuh pria berkacamata ini.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, kata Kuncar, Tutti Frutti berkembang pesat dan merambah menjadi tempat hiburan malam dengan menghadirkan live musik dari Paris.
"Di tahun 1932 ada pemberitaan di koran Al Gemeen Handelsblad yang menyebutkan bahwa Tutti Frutti berkembang menjadi tempat hiburan malam. Bahkan di koran yang sama setahun kemudian ada pemberitaan dari Tutti Fruti yang juga membuka kapsalon atau salon jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia," jelas Kuncar.
Namun diungkapkan Kuncar, di tahun 1940 usaha Tutti Frutti yang dijalankan Zangrandi mulai bergejolak. Kala itu gedung Tutti Frutti ditutup dan disewakan di kemudian hari.
Bahkan di tahun 1942, kata Kuncar, Zangrandi menjadi tawanan pemerintahan Jepang yang kala itu mulai menduduki Indonesia. Mirisnya, sang istri pun meninggal dunia kala itu.
ADVERTISEMENT
"Tahun 1945 Zangrandi dikeluarkan, tapi tidak diketahui secara pasti apa yang dia lakukan setelah itu. Baru di tahun 1949, Zangrandi mendirikan kedai es krim dengan nama R Zangrandi dan menempati bangunan di jalan Yos Sudarso itu," papar Kuncar lagi.
Diungkapkan Kuncar, jika kedai es krim R Zangrandi kala itu cukup digemari masyarakat. Ada tiga varian rasa yang menjadi favorit kala itu, yakni macedonia, es krim soda, dan tutti frutti.
Namun kebijakan nasionalisasi yang diterapkan pemerintah Republik Indonesia di tahun 1957, turut berimbas pada kedai es krim R Zangrandi.
"Ada kebijakan nasionalisasi bagi WNA di Indonesia. Mereka diberi dua opsi, jadi WNI atau tetap WNA dengan konsekuensi harus pulang ke negaranya. Nah, Zangrandi ini memilih tetap menjadi WNA Italia," kata Kuncar.
ADVERTISEMENT
Karena tetap memilih menjadi WNA Italia itulah maka di tahun 1959 Zangrandi kembali ke negaranya. Sedangkan kedai es krim R Zangrandi dijual kepada kolega bisnisnya bernama Adi Tanumulia, seorang keturunan Tionghoa.
"Bangunan, resep, dan semua perabot termasuk alat pembuat es krim dijual oleh Zangrandi. Ketika dibeli Adi Tanumulia, huruf R di depan Zangrandi ini dihilangkan. Sampai sekarang yang dikenal ya es krim Zangrandi," jelas Kuncar.
Diakui Kuncar jika es krim Zangrandi bukanlah yang pertama di Surabaya. Sebab saat pertama kali Zangrandi hadir di tahun 1925 sudah ada es krim lain yang telah lebih dulu ada. Namun hanya es krim Zangrandi lah yang bertahan hingga sekarang.
Sayang seribu sayang, es krim Zangrandi kini terancam tutup. Dikatakan Kuncar, jika konflik keluarga menjadi pemicunya.
ADVERTISEMENT
"Anak-anak Adi Tanumulia sekarang sedang bersengketa dan kasusnya juga bergulir di pengadilan. Tapi kabarnya mereka sudah sepakat untuk berdamai. Mudah-mudahan saja Zangrandi tidak jadi tutup karena ini kan bisa dibilang ikonnya Surabaya," simpul Kuncar.