Konten Media Partner

Klenteng Tertua di Surabaya Gelar Wayang Potehi Tiap Hari Meski Tanpa Penonton

24 Januari 2025 6:48 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertunjukan wayang potehi yang digelar Klenteng Dukuh Surabaya meski tak ada penonton. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Pertunjukan wayang potehi yang digelar Klenteng Dukuh Surabaya meski tak ada penonton. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Alunan musik khas Tiongkok dari alat musik seperti erhu, tambur, twa lo (gong besar), seruling, dan gitar terdengar bersahutan dari dalam klenteng Hong Tek Hian. Rupanya sedang ada pertunjukan wayang potehi di klenteng yang terletak di Jalan Dukuh, Surabaya, itu.
ADVERTISEMENT
Menurut Eddy Sutrisno, salah satu dalang yang memainkan wayang potehi tersebut, pertunjukan ini memang rutin digelar di klenteng tertua di Surabaya ini, meski tak ada penonton sekali pun.
"Kita main setiap hari di sini, mulai jam 9 sampai jam 11 pagi. Ada atau tidak ada penonton ya kita tetap main," tutur Eddy, saat ditemui Basra, (23/1).
Eddy mengungkapkan, pertunjukan wayang potehi telah digelar secara rutin oleh klenteng yang juga dikenal sebagai Klenteng Dukuh ini sejak tahun 1960an. Pertunjukan wayang potehi ini sebagai wujud persembahan kepada dewa dewi. Sehingga tak mengherankan jika pertunjukan wayang dari Tiongkok ini rutin digelar setiap harinya.
"Dulu sebelum pandemi kita tampil tiga kali setiap harinya. Tapi sejak pandemi sampai sekarang kita hanya tampil sekali. Bisa dibilang wayang potehi di Klenteng Dukuh ini satu-satunya di Indonesia yang main setiap hari di klenteng. Biasanya klenteng akan menggelar pertunjukan wayang potehi saat ada momen-momen khusus dan tidak setiap hari," terang Eddy.
ADVERTISEMENT
Wayang potehi adalah seni pertunjukan budaya peranakan Tionghoa-Jawa. Wayang ini terbuat dari kayu waru atau kayu mahoni lunak yang dibalut dengan kostum khas negeri tirai bambu.
Eddy bersama keempat dalang lainnya yang tergabung dalam kelompok Lima Merpati membawakan cerita tentang kerajaan di Tiongkok. Cerita-cerita tersebut disajikan secara berurutan dan serial.
"Tema ceritanya seputar kehidupan sehari-hari. Kalau kita jahat ya akan dapat balasan dari kejahatannya. Sebaliknya kalau baik ya dapat balasannya kebaikan pula. Seperti itu," ujar Eddy.
Bahasa dialog yang digunakan dalam pertunjukan wayang potehi ini menggunakan bahasa Mandarin yang diimprovisasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Yang menarik, meski digelar secara rutin, namun saat puncak perayaan Imlek nanti klenteng Dukuh justru tak menampilkan pertunjukan wayang potehi.
ADVERTISEMENT
"Pas Imlek nanti kita libur (main wayang potehi), tapi diganti dengan pertunjukan permainan alat-alat musik Tiongkok saja. Jadi saya dan teman-teman dari kelompok Lima Merpati hanya akan main alat musik Tiongkok saat Imlek nanti," tandasnya.