Kronologi Risma Menangis, Sujud, hingga Bilang 'Saya Goblok' di Depan IDI

Konten Media Partner
29 Juni 2020 14:36 WIB
Wali Kota Risma saat bersujud di kaki dr. Sudarsono, Sp.P dari RSUD Dr Soetomo Surabaya. Foto: Windy Goestiana/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Risma saat bersujud di kaki dr. Sudarsono, Sp.P dari RSUD Dr Soetomo Surabaya. Foto: Windy Goestiana/Basra
ADVERTISEMENT
Sesi audiensi antara Pemerintah Kota Surabaya dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang sedianya berlangsung tenang dan lancar, mendadak ramai saat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tiba-tiba menangis dan bersujud saat di depan pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Surabaya.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Risma sedang mendengarkan penjelasan dari dr. Sudarsono, Sp.P (K) tentang penanganan pasien COVID-19 di Surabaya. Sudarsono mengatakan, salah satu penyebab tingginya kematian pasien COVID-19 adalah pasien yang harus menunggu masuk ke ruang isolasi. Terutama di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
"Saya ikut bantu di poli, di IGD, dan di ruang isolasi. Saya tahu betul kalau pasien itu harus antri untuk masuk ruang isolasi. Soetomo sudah penuh. Belum lagi, kalau malam saya pulang dari rumah sakit saya lihat warga Surabaya masih nongkrong di warung kopi banyak yang mengabaikan protokol kesehatan," kata Sudarsono.
Mendengar penjelasan tersebut, Risma tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya menuju Sudarsono.
"Semua salah saya. Saya yang salah," sambil berjalan menangis dan langsung bersujud di hadapan Sudarsono.
ADVERTISEMENT
Melihat Risma bersujud di depannya, Sudarsono dan sejumlah staf Risma yang terkejut pun mencoba mengangkat Risma untuk berdiri.
"Saya sudah sediakan 200 bed di RS Husada Utama kalau di RS Dr Soetomo penuh. Saya bilang silakan pakai kalau sudah penuh. Tapi kenapa saya selalu disalahkan. Padahal bantuan saya ditolak. Saya enggak bisa masuk Soetomo," kata Risma sambil duduk terisak.
Sebagai informasi, RSUD Dr Soetomo merupakan RS di bawah pengelolaan Pemprov Jatim.
Sesi audiensi antara Pemerintah Kota Surabaya dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan perwakilan rumah sakit di Surabaya.
Melihat situasi tersebut, dr. Brahmana Askandar, SpOG selaku Ketua IDI Surabaya mencoba menjadi penengah antara Risma dan Sudarsono.
"Jadi sebetulnya permasalahannya di kapasitas kamar yang dipakai pasien konversi dari positif ke negatif. Mereka sudah diuji PCR 1 kali dan hasilnya negatif. Tapi mereka belum boleh pulang kalau belum 2 kali PCR. Karena kalau mereka dipulangkan padahal masih 1 kali PCR, nanti klaim rumah sakit ditolak BPJS. Di situ saja masalahnya sebenarnya. Seolah-olah kamar terisi terus, padahal pasien yang masuk dan keluar ini nggak sebanding ," kata Brahmana.
ADVERTISEMENT
Setelah mendengar penjelasan dari berbagai spesialis paru dan anestesi serta perwakilan rumah sakit se-Surabaya, Risma pun kembali meminta maaf dan kali ini mengatakan dirinya (maaf) goblok.
"Saya memang goblok. Saya nggak pantas jadi wali kota Surabaya. Saya minta maaf Pak Sudarsono," kata Risma yang kembali mendatangi Sudarsono dan bersimpuh di kaki Sudarsono kedua kalinya sambil terus menangis.
Melihat kejadian yang sama, Sudarsono dan sejumlah staf Pemkot pun segera membantu Risma untuk berdiri kembali.
Simak video di bawah ini: