Konten Media Partner

Kronologi Siswa Kelas 1 SD di Surabaya Dicubit Guru hingga Membiru

18 November 2022 11:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Dugaan kasus kekerasan kepada siswa kembali terjadi di Surabaya. Kali ini, kasus tersebut dialami oleh AR, siswa kelas 1 SD Elyon Christian School (ECS) Surabaya.
ADVERTISEMENT
Menurut sumber internal yang tak mau di publikasi identitasnya, AR mengalami luka biru di punggung bawah tengkuk, akibat dicubit salah satu guru.
"Lukanya itu baru diketahui Rabu (17/11) malam. Korban ini dicubit oleh gurunya. Setelah dicubit, AR enggak dibolehkan pelaku bilang ke mamanya," tuturnya, Jumat (18/11).
Sumber tersebut menjelaskan, hal itu terjadi karena AR yang merupakan warga negara asing (WNA) kurang mengerti bahasa Indonesia. Sehingga, ketika guru bersangkutan menjelaskan, AR kurang memahaminya.
"Dia (AR) Chinese. Anaknya itu kurang paham Bahasa Indonesia, mungkin itu penyebabnya. Siswa lain juga sering kena bentak sama dia (guru bersangkutan)," jelasnya.
Ketika dikonfirmasi ke pihak sekolah, David Hendra selaku Kepala Sekolah mengungkapkan, jika salah satu tenaga pendidik di Elyon Christian School, niatnya melakukan pendisiplinan siswa sebagai salah satu tugas utama guru untuk pembentukan karakter.
ADVERTISEMENT
Namun, oknum pengajar tersebut melakukan tindakan pendisiplinan yang melanggar kebijakan dan peraturan sekolah dalam pendisiplinan siswa yang bersifat kasih.
"Atas kejadian ini, kami telah melakukan investigasi lebih lanjut, dan menemukan adanya pelanggaran serius terhadap kebijakan dan peraturan di Elyon Christian School. Maka Tenaga pendidik tersebut, ditindak tegas sesuai peraturan dan kebijakan yang berlaku di sekolah kami," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Basra, Jumat (18/11).
Hendra menuturkan, saat ini pihak sekolah sedang melakukan mediasi antara orang tua dan tenaga pendidik, agar masalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
"Tenaga pendidik yang bersangkutan telah bertemu dengan orang tua/wali untuk meminta maaf secara langsung atas tindakan yang telah dilakukan saat mendisiplinkan siswa. Dan salah satu dari orang tua/wali akhirnya telah memahami dan kemudian memaafkan kesalahan tenaga pendidik tersebut," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Hendra pun menyayangkan kejadian tersebut bisa terjadi, dan ia berharap ke depan bisa dijadikan pelajaran.
“Sesungguhnya kami sungguh menyayangkan kejadian ini. Karena mungkin niat-nya baik, hanya saja caranya yang salah sehingga kejadian seperti ini terjadi. Kami pun dari pihak sekolah tidak menoleransi tindakan kekerasan di lingkungan sekolah," tukasnya.