Kurangi Limbah Plastik, Mahasiswa Unusa Bikin Sedotan dari Lidah Buaya

Konten Media Partner
24 September 2020 12:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vidi Annisya menunjukkan sedotan lidah buaya. Foto-foto: Dok.pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Vidi Annisya menunjukkan sedotan lidah buaya. Foto-foto: Dok.pribadi
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Divers Clean Action, pada tahun 2018 pemakaian sedotan plastik di Indonesia mencapai 93 juta batang setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini tentu menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya di perairan. Mengingat limbah plastik membutuhkan waktu lama untuk mengurai.
Berlatar belakang hal itu, tiga mahasiswa dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) berinovasi membuat sedotan ramah lingkungan dari lidah buaya yang diberi nama Sedaya (Sedotan lidah buaya).
Inovasi karya Vidi Annisya Pratikasar, Halimatul Sa'diyah Dzaroh, dan Meilya Dwi Safira ini dibuat sebagai alternatif untuk mengurangi sedotan sekali pakai sekaligus mencegah pencemaran lingkungan akibat limbah plastik.
"Sesuai dengan namanya, sedotan ini berbahan dasar lidah buaya dan jelly. Produk ini dibuat dengan tujuan untuk membantu mengurangi penggunaan sampah plastik terutama di Indonesia. Mengingat produk yang kami buat ramah lingkungan dan bisa dikonsumsi setelah digunakan," kata Vidi selaku ketua tim pada Basra, Kamis (24/9).
ADVERTISEMENT
Dipilihnya lidah buaya sebagai bahan dasar pembuatan sedotan ini bukan tanpa sebab. Selain mudah didapatkan, lidah buaya juga mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan tubuh.
Diantaranya meredakan batuk, menyembuhkan sembelit, menurunkan tekanan darah tinggi, hingga meredakan asam lambung.
Ketika ditanya lebih lanjut terkait proses pembuatan sedotan ramah lingkungan tersebut, Vidi menjelaskan jika proses pembuatannya sama seperti membuat jelly.
Pertama daging lidah buaya dicuci bersih. Setelah itu, daging lidah buaya dihaluskan dengan cara diblender. Selanjutnya, lidah buaya yang telah halus dimasukkan ke dalam panci yang telah berisi lalu di masak hingga mendidih.
"Setelah lidah buaya mendidih, kita buat untuk jelly-nya. Pertama masukkan jelly pada panci yang berisi air, dan dimasak dengan api sedang, lalu diaduk hingga mendidih. Kalau sudah matang bisa diangkat," jelas mahasiswa semester 7 Prodi Kesehatan Masyarakat ini.
ADVERTISEMENT
Proses selanjutnya, lidah buaya yang telah dimasak disaring dan dicampurkan dengan adonan jelly yang sudah matang dan diaduk hingga rata.
"Setelah tercampur rata, adonan tadi tinggal dicetak dengan cetakan sedotan dan didiamkan selama 8 jam. Setalah 8 jam, adonan baru dikeluarkan dari cetakan dan sudah bisa digunakan dan dinikmati," kata Vidi.
Vidi menuturkan, sedotan lidah buaya tersebut bisa bertahan selama 30 menit jika digunakan pada minuman panas atau hangat. Sementara untuk suhu ruang, sedotan bisa bertahan sekitar 1 jam.
"Dan kalau dipakai untuk minuman dingin, sedotan lidah buaya ini akan semakin keras. Karena teksturnya seperti jelly, dan rasanya seperti olahan lidah buaya pada umumnya," tutur Vidi.
Dengan adanya inovasi tersebut, Vidi dan tim berharap, Sedaya dapat diproduksi secara massal agar bisa membantu masyarakat mengurangi penggunaan sedotan plastik.
ADVERTISEMENT
"Karena sampah plastik di Indonesia lebih dari 50% berasal dari sedotan plastik. Dengan adanya inovasi ini, kami berharap Indonesia bisa hidup lebih sehat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Ke depan kami juga akan mengembangkan produk ini," pungkasnya.