Konten Media Partner

Lahan Makin Sempit, Hunian Perkotaan Berubah dari Tipe Kecil ke Mungil

19 Agustus 2023 9:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timoticin Kwanda, Ph.D., selaku Kepala Program Sustainable Housing and Real Estate Petra Christian University (PCU). Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Timoticin Kwanda, Ph.D., selaku Kepala Program Sustainable Housing and Real Estate Petra Christian University (PCU). Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Pemanasan iklim global (global warming), terbatasnya lahan resapan air yang mengakibatkan banjir, dan munculnya polusi udara karena peningkatan CO2 (Karbon Dioksida) adalah beberapa isu yang banyak terjadi di daerah perkotaan.
ADVERTISEMENT
Isu lain yang tak kalah mengkhawatirkan adalah jumlah penduduk kota yang terus bertambah tapi luas lahan relatif tidak bertambah. Penyebabnya adalah meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja dan tinggal di kota (urbanisasi).
Perencanaan perumahan yang ramah akan kondisi lingkungan (sustainable housing) pun menjadi tantangan sekaligus jawaban terhadap isu-isu tersebut di bidang arsitektur.
“Salah satu solusi dalam perencanaan perumahan di perkotaan adalah dengan perencanaan hunian yang kompak (compact) vertikal. Hal ini bertujuan untuk mengurangi frekuensi lalu lintas kendaraan (mengurangi polusi udara), dan menambah jumlah ruang terbuka hijau (mengurangi CO2 dan urban heat stress),” jelas Timoticin Kwanda, Ph.D., selaku Kepala Program Sustainable Housing and Real Estate Petra Christian University (PCU), saat ditemui Basra disela acara launching program baru, Sustainable Housing and Real Estate (SHRE), Jumat (18/8) malam.
ADVERTISEMENT
Dalam materi yang disampaikan dengan topik “FUTURE RESIDENTIAL PLANNING: From Conventional to New Urbanism, from Small to Tiny Houses” ini, Timoticin juga menjelaskan bahwa akan ada peningkatan harga lahan dan konstruksi, mengikuti semakin terbatasnya lahan yang tersedia. Sehingga pada akhirnya, harga rumah juga semakin mahal.
Oleh karena itu, tren luas hunian kini mulai bergeser kepada hunian dengan luasan yang lebih kecil, terutama hunian horizontal, agar harganya lebih terjangkau.
“Tantangan dalam mendesain rumah kecil itu ada di bagaimana rumah tersebut bisa hemat energi, yaitu dengan memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami. Selain mengurangi dampak penggunaan AC (Air Conditioning), hal itu juga bisa membuat rumah terkesan lebih luas,” ungkap Timoticin.
Bahkan, saat ini juga sudah muncul tren dengan hunian yang tiny (mungil). Hunian mungil ini sudah mulai menjadi fenomena di beberapa kota-kota besar dari negara maju yang ada di Asia, seperti Tokyo dan Singapore.
ADVERTISEMENT
Konsep huniannya tentu perlu diimbangi dengan tatanan ruang dan interior yang efisien serta fleksibel, agar satu ruang bisa digunakan untuk berbagai macam aktivitas.