Konten Media Partner

Lestarikan Tarian Tradisional, Balai RW di Surabaya Kini Jadi Sanggar Tari

19 November 2021 15:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lestarikan Tarian Tradisional, Balai RW di Surabaya Kini Jadi Sanggar Tari
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Berawal dari keresahan melihat anak-anak kecil dilingkungannya lebih sering asyik bermain gawai, mendorong Indarti mendirikan sanggar tari tradisional dengan memanfaatkan Balai RW.
ADVERTISEMENT
Bertempat di Balai RT 06, RW 05 Kelurahan Mojo, Kecamatan Gubeng, Surabaya, sanggar tari tersebut diberi nama Qyrani Swastika yang berarti Cahaya Keberuntungan.
Indarti pun didukung perangkat RT dan RW Kelurahan Mojo untuk mendirikan sanggar tari bagi anak-anak di kawasan tersebut.
“Awalnya teman-teman dari sanggar seni BrangWetan mengadakan latihan di Balai RW ini, lalu pak RT menyampaikan ide untuk membuka sanggar tari di sini,” ujar Indarti kepada Basra, Jumat (19/11).
Ide itu disambut baik Indarti, apalagi Indarti juga prihatin melihat anak-anak banyak yang bermain gawai selama tidak pergi sekolah.
“Pagi-pagi mereka sudah main hp. Hampir setiap hari saya lihatnya gitu,” tukasnya.
Indarti lantas mengajak beberapa remaja sebagai pelatih tari. Mereka adalah penari dari BrangWetan, ada Keyza, Fitri, dan Tasya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA.
ADVERTISEMENT
Meski masih muda tapi diakui Indarti jika jam terbang ketiga penari itu cukup tinggi dan sudah sering mengikuti kompetisi tari.
Kini setelah tiga bulan berjalan, sanggar tari ini memiliki 30 anak didik. Peminatnya tidak hanya anak-anak dari warga kampung sekitar balai RW tersebut tapi juga dari Karangrejo dan Kertajaya.
Latihan sementara dilakukan seminggu satu kali. Jenis latihan tari yang diberikan terbagi menjadi beberapa kategori berdasarkan usia. Untuk anak PAUD, dikenalkan tari bermain atau dolanan, kategori SD kelas 1-3, dikenalkan Tari Dongklak, untuk remaja diajarkan Tari Remo, Tiniban dan Gandrung.
“Khusus tari Remo, merupakan tarian utama yang harus dikuasai semua anak dengan tingkat kesulitan yang disesuaikan usia masing-masing anak,” jelasnya.
Indarti mengatakan, dengan adanya sangar tari di Balai RW Mojo ini anak-anak mempunyai kegiatan positif mengisi waktu selama tidak bersekolah tatap muka.
ADVERTISEMENT
“Pintar tidak semata-mata ilmu pengetahuan tapi juga harus punya ketrampilan,” tuturnya.
Ke depan, Indarti berharap kemampuan anak-anak ini dapat dilihat oleh Dinas Pendidikan atau Dinas Pariwisata agar bisa dieksplor dan dilibatkan tampil jika ada kegiatan seni.