Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten Media Partner
Lewat Gerakan Tunanetra Mengaji, Ade Dwi Raih Penghargaan Internasional
6 Juni 2023 16:07 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Sejak berusia 10 tahun, Ade Dwi Cahyo Putra harus kehilangan indra penglihatannya akibat kecelakaan yang ia alami. Di tengah keterbatasan tersebut, tak menyurutkan semangatnya untuk terus menebar manfaat kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Bahkan belum lama ini, remaja 17 tahun tersebut baru saja mendapatkan penghargaan internasional Ashoka Young Changemakers (AYC) 2023 berkat Gerakan Tunanetra Mengaji (GTM) yang ia gagas.
Kepada Basra, Ade bercerita, gerakan yang dimulai sejak Mei 2021 ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka tunanetra yang buta huruf terutama terkait membaca Al-Quran.
Ia menyebut, berdasarkan data dari Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) hanya 5 persen tunanetra yang bisa mengaji.
"Jadi kegiatan yang saya lakukan itu di bidang literasi, terutama pendidikan agama. Di Indonesia ini menurut ITMI ada 95 persen tunanetra muslim Indonesia belum bisa baca Al-Quran braille. Akhirnya saya dan teman-teman menginisiasikan sebuah gerakan tunanetra mengaji. Di dalamnya fokus kami adalah di baca tulis Al-Quran braille,"
ADVERTISEMENT
Ade mengaku, jika awalnya gerakan tunanetra mengaji ini hanya ada di Surabaya yang tersebar di tujuh titik. Namun, seiring berjalannya waktu, gerakan tersebut semakin berkembang di beberapa wilayah di Jawa Timur seperti Banyuwangi, Madura, Sidoarjo, hingga Malang.
Ketika ditanya terkait proses ia mendapatkan penghargaan internasional itu, Ade menjelaskan jika prosesnya cukup panjang. Dimulai dari pendaftaran, seleksi, hingga wawancara.
"Setelah lolos tahap wawancara, saya ke Jakarta untuk mempresentasikan gerakan yang saya buat di depan juri. Waktu itu (tahap presentasi) ada 14 orang, dan yang lolos 13 orang. Secara keseluruhan prosesnya 6 bulan," jelas siswa yang duduk di bangku kelas X di SMAN 10 Surabaya ini.
Ade mengungkapkan, jika banyak kendala yang ia alami saat proses seleksi, baik dari dirinya sendiri maupun lingkungan. Meski demikian, hal itu bisa ia atasi dengan cara merefleksikan diri.
"Masalah itu pasti ada, tapi saya meyakini bahwa ini adalah fase di mana saya berubah menjadi lebih baik lagi. Bisa dibilang proses transisi saya," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara terkait kendala ia mengajar, Ade menuturkan, bahwa saat mengajar anak-anak tunanetra ia harus banyak sabar dan belajar terkait cara yang menyenangkan.
"Saya harus mengajarkan literasi brille ini dengan cara anak-anak yang menyenangkan. Kadang malu, merasa jadi anak-anak lagi. Tapi saya ingat tujuan saya memberikan ilmu. Kalau pada orang dewasa kesulitannya adalah kurang pekanya inderaperabahan mereka, jadi saya harus mengulang terus sampai mereka bisa," tuturnya.
Dengan adanya penghargaan ini, ke depan Ade berencana memperluas jaringan gerakan tunanetra mengaji untuk memberantas buta huruf pada tunanetra.
Tak lupa, ia juga berpesan kepada teman-teman yang mempunyai kondisi sama seperti dirinya untuk terus semangat dan percaya kepada kemampuan diri.
"Kegiatan ini bukan hanya sekadar mengaji, di dalamnya ada nilai juga. Kami sebagai penyandang tunanetra itu tidak percaya diri, banyak ketakutan. Tapi percayalah dengan kemampuan kita. Kita berbeda hanya karena tidak ada penglihatan, tapi secara utuhnya jasmani rohani kita sama. Tetap percaya diri, lakukan yang kita bisa, yakinlah bahwa kita bisa melakukan. Tetap semangat dan jangan lupa tetap jadi pembelajar yang baik yang selamanya mau belajar, dan jangan cepat puas," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Diketahui, Ashoka Young Changemaker merupakan sebuah organisasi yang mengajak generasi muda untuk jadi pembaharu di Indonesia.
Tahun ini AYC memilih 14 anak muda berusia 11-19 tahun untuk menjadi finalisnya, dan salah satu yang terpilih yakni Ade dari Surabaya, Jawa Timur.