Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten Media Partner
Mahasiswa di Surabaya Ciptakan Alat Uji Kelarutan Obat Otomatis
7 November 2019 16:59 WIB
ADVERTISEMENT
Uji kelarutan obat merupakan faktor penting untuk mengetahui standar mutu obat yang beredar di masyarakat sesuai Farmakope Indonesia. Selain itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga mempunyai peran penting dalam mengawal keamanan obat yang beredar.
ADVERTISEMENT
Berlatar belakang hal itu, Yuliadi Kurniawan menciptakan alat bantu Farmasis untuk uji kelarutan obat secara otomatis.
Yuliadi yang masih tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) ini, mengatakan ide awal pembuatan alat uji kelarutan obat ini karena ia melihat farmasis masih menggunakan cara manual untuk pengambilan sampel larutan obat.
"Kemudian saya coba membuat alat uji kelarutan yang dapat digunakan secara otomatis. Karena larutan obat yang telah sesuai dengan standar mutu Farmakope Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa obat bisa diserap baik di dalam tubuh," kata mahasiswa yang akrab disapa Yuli ini, Kamis (7/11).
Untuk cara kerjanya, Yuli menjelaskan jika alat ini dirancang secara menggunakan database yang telah diprogram pada laptop atau komputer sehingga mempermudah Farmasis dalam pengambilan sampel larutan obat.
ADVERTISEMENT
Awalnya Farmasis dapat mengambil satu obat tablet yang akan diuji. Kemudian obat tablet dimasukkan ke dalam tabung yang berisi larutan untuk proses pengadukan sesuai yang ditentukan Farmakope Indonesia. Karena setiap obat yang diuji memiliki syarat yang berbeda berdasarkan suhu, waktu, dan kecepatan pengadukan yang telah ditetapkan.
Tahap selanjutnya, Farmasis dapat mengisi database dengan identitas user (pengguna), nama obat, tanggal praktikum, suhu, waktu, dan kecepatan. Kemudian setelah terisi datanya maka Farmasis dapat menekan tombol mulai pada layar monitor untuk memulai proses uji kelarutan obat.
"Nantinya akan ada alarm yang berbunyi sebagai pengingat jika uji kelarutan telah selesai sesuai waktu pengadukan yang telah ditentukan. Sampel larutan obat yang sudah mengalami proses pengadukan secara otomatis akan diambil sebanyak 50 ml dan masuk pada gelas ukur yang akan diuji kembali untuk mengetahui kadar larutan obat," jelas Yuli.
ADVERTISEMENT
Untuk keunggulannya, alat yang dibuat dalam kurun waktu empat bulan ini terletak pada pengambilan sampel secara otomatis sehingga Farmasis tidak melakukannya secara manual menggunakan suntik.
Selaim itu, Farmasis dipermudah dengan adanya tombol up dan down yang berfungsi menaikkan dan menurunkan box control untuk mengganti larutan atau memasukkan obat.
"Setiap kali melakukan praktikum, maka data obat akan otomatis disimpan pada database sehingga Farmasis tidak perlu membuka buku lagi tetapi cukup mencari dari database saja,” ungkap Yuli.
Selama proses pembuatan alat, mahasiswa angkatan 2016 ini menemukan tantangan pada bagian utama alat yaitu mekanik putaran dan pemanas yang berperan penting sebagai pengaduk obat.
"Karena spesifikasi alat motornya macam-macam. Terus mencocokan roda gigi dan pengaduk agak susah untuk menentukan kecepatan yang sudah ditentukan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ke depan, Yuli akan mengembangkan alat uji tersebut dengan menambahkan enam-delapan wadah untuk mempercepat proses pengujian.
Sementara itu, Susilo Wibowo selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir menyampaikan bahwa alat yang dibuat Yuli merupakan karya dari Tugas Akhirnya yang berjudul Perancangan Alat Uji Disolusi Secara Otomatis. Pengembangan alat uji kelarutan obat secara otomatis ini diharapkan dapat membantu BPOM atau praktikum laboratorium Farmasi dalam menguji standar mutu obat.
"Alat ini sudah diuji di BPOM sehingga sudah teruji standarnya. Saya berharap nantinya alat ini bisa terus dikembangkan agar bisa bermanfaat dan juga berkontribusi di bidang Farmasi atau pengobatan bagi masyarakat,” pungkasnya.