Mahasiswa di Surabaya Olah Ampas Tebu Jadi Biobriket

Konten Media Partner
11 Mei 2021 10:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hasil biobriket dari bagasse dan limbah blothong yang telah dikembangkan oleh tim mahasiswa ITS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hasil biobriket dari bagasse dan limbah blothong yang telah dikembangkan oleh tim mahasiswa ITS
ADVERTISEMENT
Tingginya kapasitas produksi gula di Indonesia berdampak pada melimpahnya limbah ampas tebu (bagasse) dan limbah blotong.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kondisi lingkungan di sekitar industri pengolahan tebu semakin memburuk karena banyaknya limbah tebu yang belum dimanfaatkan dengan baik.
Berlatar belakang hal itu, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat inovasi berupa biobriket berbahan dasar bagasse dan limbah blotong dengan tambahan kulit singkong.
Ketiganya adalah Zakiyah Nur Rafifah, Dicka Tama Putra, dan Fat’hul Mubin Gufron yang semuanya merupakan mahasiswa baru di ITS.
Zakiyah salah satu anggota tim ini menuturkan, pembuatan biobriket dari limbah bagasse dan blotong selain karena alasan lingkungan, berdasarkan analisis timnya bagasse memiliki karakteristik mudah terbakar, memiliki kandungan air, gula, serat, dan mikroba yang dapat melepaskan panas akibat fermentasi.
“Penambahan kulit singkong membuat biobriket semakin rendah kadar airnya sehingga dapat mengefisienkan pembakaran,” tuturnya, Selasa (11/5).
(dari kiri) Dicka Tama Putra, Zakiyah Nur Rafifah, dan Fat’hul Mubin Gufron memamerkan hasil inovasinya berupa biobriket dari bagasse dan limbah blothong yang berhasil meraih penghargaan.
Dalam prinsip pembuatan biobriket ini tidaklah terlalu sulit karena hanya membutuhkan beberapa tahapan seperti pembuatan adonan, pencetakan adonan, dan pengeringan adonan sehingga menjadi briket siap pakai.
ADVERTISEMENT
"Hal terpenting pada pembuatan biobriket ini adalah mengurangi kadar air bahan dasar briket dengan cara dijemur di bawah sinar matahari langsung," ucapnya.
Jika sudah dijemur, nantinya bahan dasar tersebut baru dapat digunakan untuk menjadi adonan dengan cara ditumbuk dan diberikan perekat.
Selain itu, pemampatan juga menjadi bagian sangat penting karena menyangkut kualitas kepadatan biobriket.
"Semakin padat biobriket yang dihasilkan, maka semakin tinggi tingkat daya nyala api yang dihasilkan," tuturnya.
Ke depan, Zakiyah dan tim akan terus mengembangankan inovasi biobriket ini agat bisa lebih optimal. “Diharapkan juga inovasi ini dapat digunakan demi kelangsungan kehidupan yang lebih baik,” pungkasnya.
Berkat inovasi tersebut, Zakiyah dan tim berhasil meraih perunggu dalam ajang Smart Innovation and Ideas for Indonesia Transformation in Pandemic Era.
ADVERTISEMENT