Mahasiswa ITS Buat Alat Daur Ulang Plastik jadi Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Konten Media Partner
5 Mei 2023 17:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Smart Reducer Gas Pyrolysis rancangan Tim Fuchelia ITS yang tersusun atas beberapa bagian, yaitu reaktor 18 liter, pipa penghubung, kondensor, dan penampung produk untuk mengubah daur ulang plastik menjadi bahan bakar.
zoom-in-whitePerbesar
Smart Reducer Gas Pyrolysis rancangan Tim Fuchelia ITS yang tersusun atas beberapa bagian, yaitu reaktor 18 liter, pipa penghubung, kondensor, dan penampung produk untuk mengubah daur ulang plastik menjadi bahan bakar.
ADVERTISEMENT
Saat ini, penggunaan bahan bakar fosil masih menjadi pilihan utama sejumlah petani untuk pengolahan tanah, pembuatan pupuk, pestisida, hingga menghasilkan listrik yang digunakan di pertanian.
ADVERTISEMENT
Namun seiring berjalannya waktu, ketersediaannya semakin menipis hingga berdampak pada harga yang mahal.
Berlatar belakang hal itu, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan sebuah inovasi bernama Smart Reducer Gas Pyrolysis.
Salah satu anggota tim, Immanuel Nathanael Lumban Gaol mengatakan, alat yang dirancang dengan teknik pirolisis limbah ini merupakan sebuah teknologi untuk mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak yang tersusun atas beberapa bagian, seperti reaktor 18 liter, pipa penghubung, kondensor, dan penampung produk.
“Dari permasalahan tersebut, perlu adanya bahan bakar ramah lingkungan, seperti bahan bakar hasil pirolisis limbah plastik,” tuturnya, Jumat (5/5).
Mahasiswa yang akrab disapa Nuel ini menjelaskan, konsep pirolisis yang diterapkan ini merupakan proses pemanasan bahan padat dalam keadaan oksigen yang terbatas atau bahkan tanpa oksigen.
ADVERTISEMENT
“Alat yang kami kembangkan ini menggunakan plastik Polyethylene Terephthalate (PET) sebagai bahan baku dengan produk luarannya berupa minyak,” jelasnya.
Nuel mengungkapkan, cara kerja dari Smart Reducer Gas Pyrolysis ini dimulai dengan memilah dan memisahkan sampah plastik yang akan dicacah sampai diperoleh ukuran terkecil.
Setelah itu dilanjutkan dengan proses pirolisis dengan memasukkan 5-10 kilogram plastik ke dalam reaktor, dan dipanaskan menggunakan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Dengan proses tersebut, plastik akan meleleh dan mengalami proses perengkahan menjadi hidrokarbon rantai yang lebih pendek.
"Dengan panas yang ditambahkan terus-menerus dalam reaktor membuat lelehan plastik menguap. Uap hasil pemanasan akan dialirkan menuju kondensor untuk didinginkan, sehingga diperoleh cairan berupa minyak hasil," ucapnya.
“Minyak pirolisis ini yang dimanfaatkan untuk bahan bakar mesin diesel untuk menghidupkan alat-alat pertanian,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Guna mengurangi emisi karbon, Nuel dan tim juga menambahkan zat aditif berupa minyak kayu putih ke dalam minyak pirolisis dengan target hasil minyak yang lebih jernih.
Selain itu, pada knalpot mesin diesel dengan penggunaan minyak pirolisis juga akan ditambahkan karbon aktif. “Dengan demikian, di saat penggunaannya diesel tidak akan menimbulkan bau menyengat,” ujarnya.
Dengan adanya gagasan ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam berbagai aspek industri pertanian di Indonesia.
"Seperti energi, pra panen, dan pascapanen pertanian untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di sekitar masyarakat," tukasnya.