Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Mahasiswa ITS Buat Alat Desalinasi Pengolahan Air Laut Jadi Air Siap Minum
10 Januari 2023 15:08 WIB
·
waktu baca 2 menit![Model inovasi Alat Desalinasi Terpadu Sistem Ganda (Anita) gagasan tim mahasiswa ITS untuk bantu atasi krisis air di daerah terpencil.](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gpdbdv9jvmb6axc0r1n4tyhq.jpg)
ADVERTISEMENT
Adanya krisis air minum yang sering dialami masyarakat di daerah terpencil, melatarbelakangi tiga mahasiswa ITS untuk membuat inovasi Alat Desalinasi Terpadu Sistem Ganda (Anita).
ADVERTISEMENT
Mereka adalah Jell Hilmansyah (Departemen Teknik Elektro), Dwi Prawira Kusuma (Departemen Teknik Kelautan), dan Fajar Dhimas Airlangga (Departemen Teknik Fisika).
Jell Hilmansyah selaku ketua tim mengatakan, inovasi ini terfokus pada metode pengolahan air laut menjadi air siap minum.
Hal ini karena banyaknya sumber air yang berasal dari laut di kawasan terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T). “Untuk itu, digagaslah inovasi ini dengan memanfaatkan air laut dan kabut laut sebagai sumber airnya,” ucapnya, Selasa (10/1).
Jell menuturkan, masyarakat pesisir pantai biasanya hanya menggunakan metode desalinasi guna memperoleh air bersih.
Namun, dengan inovasi ini, Jell dan tim dapat mengintegrasikan dua metode sekaligus guna menciptakan alat yang lebih efektif dan efisien. “Anita dirancang dengan menggunakan metode desalinasi sekaligus kondensasi,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Jell menjelaskan, pada metode desalinasi, air laut akan dipanaskan hingga mencapai titik didihnya. Setelah mencapai titik didih, air murni akan terpisah dengan zat pengotornya.
Proses pemanasan ini dilakukan pada kompor listrik dan membutuhkan daya sebesar 620 kilowatt-jam (kWh) tiap liternya. Guna meminimalisir penggunaan daya listrik tersebut, digunakanlah panel surya sebagai salah satu sumber energinya.
Jell menerangkan bahwa air murni yang dihasilkan dari proses desalinasi telah memenuhi standar kualitas air minum, yakni 10 part per million (ppm).
"Selain itu, volume air yang dihasilkan sudah mencukupi kebutuhan air minum masyarakat. Volume yang dapat dihasilkan pada metode desalinasi ini sebesar 1,5 liter per jam,” jelasnya.
Sementara untuk memanfaatkan kabut laut menjadi air siap minum, tim penggagas Anita menerapkan metode kondensasi.
ADVERTISEMENT
Caranya, jaring-jaring dipasang untuk menangkap kabut. Setelah itu, akan terjadi proses kondensasi yang membuat kabut berubah menjadi titik-titik air.
“Air yang dihasilkan sudah siap minum dan akan ditampung pada wadah yang telah disediakan,” tambahnya.
Ke depan, Jell dan tim berencana untuk terus mengembangkan inovasinya agar dapat digunakan secara optimal, terlebih dalam hal efektivitas dan efisiensi alat.
“Kami berharap inovasi ini tidak berhenti di sini, namun bisa terus dikembangkan dan mampu menebar kebermanfaatan bagi masyarakat,” tukasnya.
Berkat inovasi itu, Jell dan tim berhasil meraih juara 1 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional 2022 Politeknik Negeri Banyuwangi, beberapa waktu lalu.