Konten Media Partner

Melihat Cara Guru SLB Mengajar Siswa Berkebutuhan Khusus Saat Belajar Daring

20 Oktober 2020 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Sekitar delapan bulan lamanya para siswa harus merasakan pembelajaran jarak jauh atau secara daring.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran secara daring ini tidak hanya diterapkan oleh sekolah umum saja, melainkan juga sekolah luar biasa yang di dalamnya terdapat siswa berkebutuhan khusus.
Lantas bagaimana proses pembelajaran daring untuk siswa berkebuthan khusus tersebut?
Dwi Rahmawati seorang guru dari SMPLB-A YPAB Surabaya menuturkan, proses pembelajaran daring yang dilakukan oleh siswanya sama seperti proses pembelajaran daring pada umumnya.
Dimana para siswa akan mendapatkan materi melalui aplikasi zoom, atau lewat video call.
"Pada umumnya sama, guru menjelaskan materinya ada yang lewat zoom, video, ada juga lewat tulisan braille," kata Dwi ketika ditemui Basra, Selasa (20/10).
Bahkan jika ada siswa yang kurang paham terkait materi yang dijelaskan, sang guru tak segan untuk datang ke rumah atau mengirimkan materi tersebut dan menjelaskannya kembali.
ADVERTISEMENT
"Namanya anak kan sama saja, ada yang paham ada yang tidak. Mereka yang kurang paham biasanya akan tanya lebih detail ke gurunya. Atau kadang gurunya yang mendatangi rumah mereka sambil bawa materinya," jelasnya.
Ketika ditanya lebih lanjut terkait cara siswanya mengoperasikan gawai saat proses pembelajaran daring, Dwi mengaku jika sang murid sudah lebih pandai dalam mengoperasikan gawai. Meski terkadang, saat zoom ada beberapa murid yang wajahnya tidak dapat terlihat di layar gawai.
"Mereka sudah belajar mengoperasikan aplikasi pembaca layar. Jadi gawainya akan berbunyi, tinggal digeser saja. Nanti kalau sudah ketemu apa yang mereka cari, layarnya tinggal diketuk dua kali. Kalau zoom anaknya ya tinggal mendengarkan saja, kadang ada yang kelihatan telinganya saja, ada juga yang layarnya diarahkan ke jalan," cerita perempuan yang sudah 27 tahun menjadi guru di sekolah luar biasa ini.
Bahkan selama proses pembelajaran daring, pihak sekolah memberikan bantuan uang sebesar Rp 50 ribu setiap bulannya untuk diberikan kepada semua siswa agar bisa digunakan membeli paket kuota.
ADVERTISEMENT
"Disini yang SMP ada 25 siswa, SMA ada 15 siswa. Karena salah satu kendala siswa juga kan butuh paket internet. Jadi kita berikan uang tersebut agar bisa dimanfaatkan," kata Dwi.
Dwi pun berharap, pandemi COVID-19 segera berlalu agar para siswa dapat kembali bersekolah.
"Untuk protokol kesehatan juga sudah kami siapkan. Karena kalau di rumah anak-anak ini bosen, mereka sendirian gak ada teman. Kalau di sekolah kan ada teman-temannya banyak, kadang sampai gak mau pulang," tutup Dwi.