Melihat Peran ITS Atas Beroperasinya PSEL di Surabaya

Konten Media Partner
12 Mei 2021 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Melihat Peran ITS Atas Beroperasinya PSEL di Surabaya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pada 6 Mei 2021 lalu, Presiden Joko Widodo meresmikan operasional Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang berlokasi di TPA Benowo, Surabaya.
ADVERTISEMENT
Proyek yang merupakan PSEL pertama di Indonesia dengan kapasitas sampah mencapai 1.000 ton perhari tersebut juga melibatkan tim ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Beberapa tenaga ahli ITS yang tergabung di antaranya Prof Ir Joni Hermana MScES PhD (Teknik Lingkungan), I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi ST MT PhD (Teknik Lingkungan), Ary Bachtiar Krishna Putra ST MT PhD (Teknik Mesin), ‪Dimas Anton Asfani ST MT PhD (Teknik Elektro), Ir Mudji Irmawan Arkani MT (Teknik Sipil), dan Hendra Cordova ST MT (Teknik Fisika).
I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi, salah satu anggota Tim ITS dalam proyek ini mengungkapkan, bahwa gagasan pembangunan PSEL pertama kali disampaikan oleh Wali Kota Surabaya periode 2010-2020, yakni Tri Rismaharini.
ADVERTISEMENT
“Saat itu, beliau mempunyai gagasan yang inovatif dan berani untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Surabaya,” ucap dosen yang akrab disapa Wawa ini, Rabu (12/5).
Menyadari jumlah sampah yang terus meningkat dan lahan di TPA Benowo tidak mampu menampungnya, maka sejak 2010 konsep Waste to Energy mulai digagas oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dengan menggandeng ITS untuk penanganan teknologi serta segala sesuatu yang berkenaan dengan hal teknis.
Selanjutnya, tahun 2012, Pemkot Surabaya menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT. Sumber Organik (PT. SO) perihal Penyediaan Prasarana dan Sarana TPA Benowo.
“Inilah implementasi konsep public private partnership dalam bidang infrastruktur persampahan yang pertama kali diterapkan di Indonesia,” ucapnya.
Menurut dosen Departemen Teknik Lingkungan tersebut, pemilihan teknologi dengan konsep gasifikasi menimbulkan banyak pro dan kontra di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pembakaran sampah dengan konsep gasifikasi ditakutkan akan menghasilkan gas yang bersifat racun dan mencemari lingkungan. Selain itu, sistem pengelolaan sampah tanpa pemilahan dan kadar air sampah yang cukup tinggi ditakutkan akan gagal diolah dengan metode pembakaran ini.
Berkaitan dengan teknologi tersebut, ITS bersama Pemkot Surabaya memberikan masukan kepada PT. SO tentang apa yang harus dilakukan secara ideal agar pengolahan sampah dengan konsep gasifikasi ini dapat berjalan dengan baik.
Ia mengungkapkan, jika PSEL pertama di Indonesia ini bisa menghasilkan energi listrik sebesar 11 MW yang terdiri dari 9 MW dengan metode Gasification Power Plant, dan 2 MW dari Landfill Gas Power Plant.
Wawa berharap PSEL ini mampu mereduksi sampah yang ditimbun ke lahan TPA Benowo. Kontribusi masyarakat Kota Surabaya pun diharapkan agar teknologi ini dapat beroperasi secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, kapasitas pengolahan gasifikasi hanya mencapai 1.000 ton perhari dan masih tersisa 600 ton yang perlu dikelola Pemkot Surabaya.
Untuk itu, tugas warga Surabaya adalah mengurangi sisa sampah dengan konsep Reduce, Reuse, dan Recycle (3R).
"Semoga sinergi kerja sama ini dapat membantu Pemkot Surabaya dalam hal pengelolaan sampah, sehingga konsep Green and Clean Surabaya akan mendunia. Saya juga berharap teknologi ini akan berhasil mewujudkan Surabaya sebagai kota dunia yang maju, humanis, dan berkelanjutan,” pungkasnya.