Konten Media Partner

Memanfaatkan Bunga Kering dan Ranting Pohon untuk Hiasan Topiary

8 Maret 2020 16:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerajinan topiary dari bunga kering, ranting pohon, dan kulit jagung. Foto-foto : Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Kerajinan topiary dari bunga kering, ranting pohon, dan kulit jagung. Foto-foto : Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Di tangan orang-orang yang kreatif, bunga kering, ranting pohon, bahkan kulit jagung bisa dibuat hiasan yang punya nilai ekonomi. Seperti yang dilakukan Evie Christiastutie, perajin topiary di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Topiary merupakan hiasan berbentuk pohon dengan daun-daunan yang bulat seperti bola.
Evie bercerita, awal mula tertarik mengolah limbah tanaman tersebut ketika ia seringkali melihat hiasan bunga kering di beberapa sudut ruangan pusat perbelanjaan dan hotel-hotel di Surabaya.
Sampai akhirnya ia mencari tahu bagaimana cara pembuatan bunga unik tersebut di internet.
“Setelah saya cari informasi, harga hiasan itu lumayan mahal. Terus saya lihat ternyata bahan dasar tanaman itu sering saya lihat di halaman rumah, dan akhirnya saya mencoba membuat sendiri secara otodidak," ungkap Evie pada Basra, Minggu (8/3).
Untuk membuat hiasan tersebut, Evie mengaku jika proses pembuatannya cukup mudah. Hanya saja dubutuhkan kesabaran dan ketelatenan ekstra saat membuat.
Evie menjelaskan, untuk membuat kreasi dari kulit jagung, pertama kulit jagung harus dikeringkan terlebih dahulu. Setelah kering, kulit jagung dicat menggunakan pewarna tekstil agar terlihat cerah dan menarik.
ADVERTISEMENT
"Selanjutnya kulit jagung digunting seperti daun dan dirangkai sampai membentuk bunga. Setelah itu kulit tersebut direkatkan dengan sebatang stik dengan lem," jelas Evie.
Usai rangkaian pohon sudah terlihat, barulah pemasangan dan perekatan aksesoris tambahan. Untuk potnya, Evie menggunakan batang pisang, dan batangnya dari tangkai pohon jambu.
Evie mengaku jika modal yang ia keluarkan terbilang relatif murah dan mudah. Karena ia hanya memanfaatkan limbah tanaman yang berserakan di halaman rumah serta bekerjasama dengan pedagang pasar.
“Modalnnya memang tidak seberapa besar, tapi yang paling utama adalah bagaimana kreativitas kita untuk menyulap limbah tadi," ungkap perempuan 53 tahun ini.
Ke depan, Evie berharap banyak orang bisa lebih memanfaatkan limbah dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berharga.
ADVERTISEMENT
"Jadi memang kita harus pinter mencari ide dan berkreasi agar menghasilkan sesuatu yang bermanfaat," tuturnya.
Untuk satu produk hiasan bunga kering tersebut, dijual Evie dengan kisaran harga Rp 150 ribu hingga Rp 350 ribu.
Selain memproduksi hiasan bunga kering, alumni Universitas Dr Soetomo Surabaya ini juga memproduksi beberapa jenis aksesoris seperti tas rajut, dompet dan tas decoupage yang terbuat dari anyaman pandan, hingga bros.