Konten Media Partner

Mencegah Kerusakan Pantai dengan Inovasi Terumbu Karang Buatan Karya Dosen ITS

24 April 2025 17:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terumbu karang buatan. Foto: Humas ITS
zoom-in-whitePerbesar
Terumbu karang buatan. Foto: Humas ITS
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai negara tropis cenderung memiliki banyak wilayah pesisir, sehingga menyebabkan fenomena abrasi pantai pun sering terjadi. Guna mengatasi fenomena tersebut, Guru Besar ke-220 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Ir Haryo Dwito Armono ST MEng PhD IPM ASEAN Eng menginovasikan struktur pemecah gelombang dengan memanfaatkan terumbu karang buatan sebagai upaya building with nature.
ADVERTISEMENT
Profesor dari Departemen Teknik Kelautan ITS ini menjelaskan bahwa building with nature adalah konsep pembangunan yang mengintegrasikan proses alami dalam perencanaan dan desain infrastruktur. Dalam hal ini, Haryo memanfaatkan terumbu karang buatan sebagai bentuk pendekatan untuk mengembalikan keberadaan terumbu karang yang kini mulai punah.
Bahkan ia menyebutkan bahwa dalam 20 tahun ke depan, 70 - 90 persen keberadaan terumbu karang di Indonesia terancam punah. Hal ini pun semakin didukung dengan adanya pemanasan global yang menyebabkan kenaikan suhu air laut.
“Jika terus dibiarkan, keberadaan ikan pun akan terancam dan hasil tangkap ikan nelayan ikut menurun,” tambahnya, Kamis (24/4).
Lebih lanjut, lelaki kelahiran Belitung, 10 Agustus 1968 itu mengungkapkan jika efek samping pemanasan global juga menyebabkan naiknya permukaan air laut. Hal ini dapat menyebabkan bencana seperti abrasi pantai. Haryo menjelaskan, abrasi pantai disebabkan oleh hantaman ombak yang terus menerus, sehingga menyebabkan perubahan garis pantai.
ADVERTISEMENT
“Jika tidak diatasi, abrasi pantai dapat merusak fasilitas sekaligus rumah warga yang ada di sekitarnya,” ujarnya mengingatkan.
Melalui orasi ilmiah untuk pengukuhannya sebagai profesor ITS, Haryo pun menggagas inovasi yang mampu mengatasi kedua masalah tersebut. Ia menciptakan struktur pelindung pantai ramah lingkungan bernama Hexareef. Yakni merupakan batuan pemecah gelombang berbentuk segi enam yang ditanamkan vegetasi terumbu karang buatan di permukaannya.
“Di tiap sisi juga dilengkapi beberapa lubang untuk memudahkan sirkulasi arus gelombang laut sehingga tidak merusak struktur,” imbuhnya.
Lebih lanjut, lelaki berkacamata ini menyebutkan bahwa batuan tersebut memiliki diameter 60 sentimeter dengan tinggi 80 sentimeter. Dalam aplikasinya, struktur pemecah gelombang itu disusun terendam di bawah permukaan air laut. Posisi batuan dipasang sejajar satu sama lain hingga mencapai panjang kurang lebih 50 - 100 meter.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya dimanfaatkan sebagai pemecah gelombang, Hexareef juga bermanfaat sebagai salah satu objek wisata bahari. Hal ini disebabkan karena terumbu karang yang ada di permukaan batuan memiliki daya tarik tersendiri untuk memikat mata para pengunjung.
“Suasana saat sunset dan sunrise bersama dengan deburan ombak pun semakin menambah keindahan pantai,” beber pengajar di Laboratorium Teknik Pantai dan Pelabuhan, Departemen Teknik Kelautan ITS ini.
Sejalan dengan hal tersebut, inovasi yang merujuk pada Sustainable Development Goals (SDGs) poin 14 terkait menjaga ekosistem laut ini pun sudah diimplementasikan di beberapa lokasi.
Haryo menyebutkan jika salah satunya ada di Desa Tlangoh, Kabupaten Bangkalan, Madura dan di Papua Paradise Eco-Resort, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Di dua lokasi itu, adanya Hexareef mampu meningkatkan pendapatan dari lokasi wisata bahari serta dapat memperbaiki kembali garis pantai yang sebelumnya terkikis.
ADVERTISEMENT
Melalui respon yang baik dari masyarakat, Haryo pun berharap agar Hexareef dapat digunakan oleh berbagai pihak, terutama oleh pemerintah. Mengingat, inovasi yang ramah lingkungan tersebut mampu mencegah abrasi pantai sekaligus sebagai upaya pemulihan ekosistem laut.
“Dengan demikian, upaya ini mampu untuk meminimalisir adanya abrasi dan kerusakan fatal sebagai akibat dari fenomena tersebut,” pungkasnya.